Dolar AS tampaknya telah selesai rehat dan kembali menunjukkan penguatan sekitar 0.2 persen terhadap mata uang-mata uang mayor. Indeks Dolar AS terhadap enam mata uang mayor mencapai 96.420 hari ini, menjauh dari level rendah bulanan di posisi 95.926 yang tercapai di hari Rabu kemarin.
Terhadap Yen, Dolar AS menguat 0.1 persen ke posisi 124.38 yen, walaupun pair USD/JPY tersebut masih berada di bawah level tinggi dua bulan pada posisi 125.28 yen yang tercapai di hari Rabu kemarin. Sementara itu, Euro tergelincir 0.1 persen menuju angka 1.1143 per Dolar AS, mundur dari level tinggi satu bulan di angka 1.1215 yang tercapai kemarin. Menurut Masashi Murata, Ahli Strategi Mata Uang Brown Brothers Harriman di Tokyo, yang diwawancarai oleh Reuters, apabila aksi penghindaran risiko mulai memudar, maka kemungkinan Dolar akan tertopang terhadap Yen.
Begitupula dengan Dolar Australia, yang pagi tadi menunjukkan kenaikan tipis terhadap Dolar AS, sore ini mulai menunjukkan penurunan dengan AUD/USD yang menghuni posisi 0.7338. Hari ini, pasar finansial masih dihebohkan oleh kebijakan China yang kembali mendevaluasi mata uangnya. Akibatnya, Dolar Australia yang berfungsi sebagai liquid proxy di tengah naik turunnya kondisi China, turut mengalami volatilitas tinggi. Yuan telah merosot sebanyak 5 persen terhadap Dolar AS dalam tiga hari ini akibat devaluasi.
Investor Mulai Gentar Akan Kenaikan Suku Bunga AS
Dolar AS kembali berada di atas angin. Akan tetapi, sentimennya masih cukup rentan karena para investor juga menarik kembali ekspektasi mereka terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed bulan September mendatang di tengah carut marut pasar finansial akibat devaluasi mata uang China oleh PBoC. Malam nanti, AS dijadwalkan akan merilis data mengenai penjualan retail yang diperkirakan akan naik 0.5 persen pada bulan Juli, setelah turun 0.3 persen pada bulan Juni. Indikator tersebut biasanya berdampak tinggi terhadap pergerakan Greenback.