Dolar AS mengungguli mata-mata uang mayor lainnya pada Selasa (02/09) siang ini. Terhadap Yen, mata uang Amerika Serikat tersebut menyentuh level tertingginya sejak bulan Januari. Begitupun terhadap Euro yang sedang melemah, Dolar AS makin unjuk gigi.
Dolar Australia pun menyerah terhadap Si Hijau menjelang pengumuman Bank Sentral Australia menjelang pengumuman suku bunga RBA siang ini. Selain itu, pagi tadi, Australia juga melaporkan data sektor properti, dimana persetujuan bangunan Australia mengalami kenaikan sebanyak 2.5%. Data tersebut lebih tinggi daripada ekspektasi yang memperkirakan kenaikan sbeanyak 1.5%. Data lain dari Australia adalah data defisit neraca berjalan yang mencapai A$13.7 miliar, sedikit rendah daripada ekspektasinya, yakni A$14.0 miliar.
Greenback, sebutan untuk Dolar AS ini, menunjukkan penampilan yang prima di kancah pasar mata uang sejak akhir Agustus. Pendorongnya adalah santernya spekulasi akan adanya pengetatan moneter dari The Fed. Dolar AS memasuki bulan trading yang baru dengan momentum naik yang cukup kuat. Dan untuk hari ini, mata uang AS tersebut terlihat akan mempertahankan relinya.
Todd Elmer, analis dari CitiGroup Singapura, mengatakan, "Risiko-risiko yang ada saat ini menambah apresiasi terhadap Dolar AS. Akan ada sensitivitas hebat yang muncul akibat persepsi bahwa The Fed akan mengubah kebijakan moneternya (menaikkan suku bunga)."