EUR/USD 1.078   |   USD/JPY 155.530   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.661   |   Gold 2,368.02/oz   |   Silver 28.88/oz   |   Wall Street 39,387.76   |   Nasdaq 16,346.27   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 63,049.96   |   Ethereum 3,036.02   |   Litecoin 83.06   |   Ekonomi Inggris kembali mengalami pertumbuhan di kuartal pertama, 2 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF tetap lemah di dekat level 0.9050 di tengah sentimen dovish The Fed, 2 jam lalu, #Forex Teknikal   |   EUR/GBP bertahan di bawah level 0.8600 setelah data PDB Inggris, 2 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PDB awal Inggris berekspansi 0.6% QoQ di kuartal pertama versus ekspektasi 0.4%, 2 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Produsen Semen Merah Putih PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT) menilai permintaan semen mulai meningkat pada Mei 2024, 9 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Entitas Grup PT United Tractors Tbk. (UNTR), PT Energia Prima Nusantara membidik penambahan kapasitas listrik menjadi 156 MWp, 9 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,244, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,235 pada pukul 19.45 ET (23.45 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 39,592, 9 jam lalu, #Saham AS   |   Apple (NASDAQ:AAPL) meminta maaf setelah sebuah iklan untuk model iPad Pro terbarunya memicu kritik dengan menampilkan animasi alat musik dan simbol-simbol kreativitas lainnya yang dihancurkan, 9 jam lalu, #Saham AS

Gagal Tembus Resistan, Dolar AS Terancam Aksi Ambil Untung

Penulis

Pelaku pasar mulai menimbang apakah penguatan kurs dolar AS belakangan ini terhadap sejumlah mata uang lain sudah berlebihan.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) kemarin gagal ditutup di atas ambang 96.00, kemudian melanjutkan penurunannya ke kisaran 95.70-an dalam perdagangan sesi Asia hari ini (18/November). Pelaku pasar mulai menimbang apakah penguatan kurs dolar AS belakangan ini terhadap sejumlah mata uang lain sudah berlebihan.

DXY Daily

Reli Dolar AS sempat macet pada awal pekan gegara rilis data sentimen konsumen UoM yang mengecewakan. Namun, greenback melanjutkan reli pada hari berikutnya dengan berbekal data penjualan ritel AS yang menandakan kalangan konsumen masih rajin berbelanja.

Data-data inflasi dan ketenagakerjaan Amerika Serikat bulan lalu beserta data penjualan ritel tersebut telah memperkuat ekspektasi untuk kenaikan suku bunga The Fed pada tahun 2022. Hal ini mendasari tren bullish dolar yang berlangsung secara luas di pasar forex.

Namun, sejumlah pihak kini mulai mempertimbangkan ulang basis bullish dolar tersebut lantaran sejumlah faktor. Pertama, ekspektasi pasar yang terlalu hawkish akan membuat dolar AS rentan ambruk jika The Fed mengambil keputusan yang berlawanan dengan ekspektasi pasar. Kedua, bank-bank sentral lain memberikan respons berbeda-beda terkait "rate hike".

Bank sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Jepang (BoJ) telah menegaskan komitmen untuk mempertahankan kebijakan moneter longgar hingga beberapa tahun mendatang, sehingga yield-nya tetap rendah versus USD. Tapi beberapa bank lain juga sudah mulai mewacanakan kenaikan suku bunga seperti The Fed.

Pernyataan gubernur bank sentral Inggris (BoE) awal pekan ini meyakinkan pasar bahwa kenaikan suku bunga akan terlaksana dalam waktu dekat. Bank sentral New Zealand (RBNZ) sudah mulai menaikkan suku bunga pada Oktober lalu. Sedangkan bank sentral Australia (RBA) membuka kemungkinan kenaikan suku bunga mulai 2023.

"Pandangan inti kami adalah dolar dapat melanjutkan relinya terhadap mata uang-mata uang ber-yield rendah, tetapi kenaikan dolar pada pertengahan siklus ini semestinya tidak menghalangi sejumlah kinerja kuat pada ruang mata uang komoditas," papar analis dari ING dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters.

"Keberlanjutan dari kekuatan dolar saat ini hingga lebih dari beberapa bulan ke depan tampaknya jauh dari pasti", kata Luc Luyet, pakar strategi FX di Pictet Wealth Management, "Ekspektasi pasar terhadap The Fed mulai terlalu hawkish, menandakan kekuatan lanjutan yang terbatas bagi dolar AS ke depan dari faktor itu."

"USD telah melampaui ekspektasi kami; DXY sekarang berada dalam jangkauan prakiraan 96 yang kami tentukan untuk kuartal I/2022. DXY menguat pada sesi malam terhadap lawan-lawannya yang paling lemah, yaitu mata uang ber-yield negatif yang dipandu oleh JPY, CHF, dan EUR," kata Philip Wee dari DBS Group Research dalam catatannya kemarin, "Kami tetap waspada pada resistan utama di sekitar 96.1 atau level Fibonacci Retracement 50%-nya. Aksi ambil untung mungkin dimulai menjelang liburan Thanksgiving AS minggu depan (25 November)."

Download Seputarforex App

296812
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.