EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 158.190   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,330.24/oz   |   Silver 27.49/oz   |   Wall Street 38,239.66   |   Nasdaq 15,927.90   |   IDX 7,115.90   |   Bitcoin 63,113.23   |   Ethereum 3,262.77   |   Litecoin 83.95   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akan menerbitkan laporan keuangan periode kuartal I/2024 pada hari ini. Pendapatan diprediksi Rp2.67 triliun dengan rugi bersih Rp799 miliar, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp29.10 triliun per Maret 2024, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) menyiapkan pelepasan sejumlah aset properti di kawasan Monas kepada investor asing sebagai salah satu persiapan pemindahan pemerintahan ke IKN Nusantara, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,1137, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 17,862, pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 38,489, 5 jam lalu, #Saham AS

Investor Hindari Risiko, Minyak Hapus Kenaikan Harga Tiga Pekan

Penulis

Di tengah banyaknya gangguan produksi di berbagai negara, surplus minyak dinyatakan telah menyusut. Namun demikian, berbagai ketidakpastian di pasar saat ini mendorong harga minyak turun makin dalam.

Di tengah banyaknya gangguan produksi di berbagai negara, surplus minyak dinyatakan telah menyusut. Namun demikian, berbagai ketidakpastian di pasar saat ini mendorong harga minyak turun makin dalam. Kini (15/6) Brent diperdagangkan pada kisaran $49.14, level terendahnya dalam sekitar dua pekan terkahir. Smeentara itu, WTI diperjualbelikan sekitar level trendah tiga pekan di $47.80 per barel.

ilustrasi

 

Antara Defisit Dan Stabil

Reuters melaporkan bahwa ekspor minyak Iran berada dalam jalur menuju puncak tertingginya sejak 4.5 tahun lalu, seiring lancarnya kiriman dari negeri yang beribukota di Teheran itu ke Eropa setelah dicabutnya sanksi internasional terkait nuklir pada bulan Januari. Namun demikian, produksi minyak di berbagai tempat masih terus terinterupsi.

Situs OilPrice mencatat bahwa gangguan produksi saat ini berada dalam tingkat tertinggi sejak 2011. Pada bulan Mei, output global turun sekitar 3.6 juta bph akibat kebakaran Kanada, sabotase fasilitas minyak di Nigeria, dan cuaca buruk di Irak. OilPrice mensinyalir bahwa penyusutan hingga lebih dari 3 juta bph tersebut berpotensi merubah surplus global jadi defisit, meski pendapat analis mengenai ini cenderung beragam.

Lembaga International Energy Agency, yang berafiliasi dengan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) dan berpusat di Paris, mengklaim pasar minyak sekarang berada dalam posisi seimbang karena gangguan-gangguan produksi tersebut dan kuatnya permintaan dari negara berkembang, tetapi ekuilibrium kemungkinan akan berubah jadi surplus lagi tahun depan.

 

Fokus Brexit

Terlepas dari pupusnya surplus komoditas minyak, para pelaku pasar saat ini nampaknya lebih berfokus pada kekhawatiran terkait perlambatan ekonomi global yang kembali muncul ke permukaan serta kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Antisipasi pasar menjelang referendum Brexit tanggal 23 Juni mendatang mendominasi pasar valas, obligasi, saham hingga komoditas. Polling-polling terbaru mengindikasikan bahwa kubu yang setuju Brexit kemungkinan memenangkan referendum. Padahal jika itu terjadi maka wilayah Eropa diperkirakan bisa mengalami resesi, yang mana itu tentu akan berimbas pada turunnya permintaan akan minyak.

Ketidakpastian demikian mendorong investor beramai-ramai beralih ke aset-aset safe haven yang dikenal aman di masa-masa bergejolak. Sebagaimana ditulis oleh analis dari ANZ Bank dalam catatannya, "Seiring dengan meningkatnya permintaan untuk aset-aset safe haven, komoditas akan terus berada di bawah tekanan."

 

Tunggu Inventori AS

Di sisi lain, ada tanda-tanda kembali bangkitnya produksi minyak Amerika Serikat. Setelah sumur pengeboran (oil rig) dikabarkan meningkat akhir pekan lalu, data persediaan minyak minggu ini diekspektasikan mengalami kenaikan. American Petroleum Institute (API) dini hari tadi menyebutkan bahwa mereka memperkirakan inventori bakal meningkat sebanyak 1.518 juta barel, meskipun sempat menurun di periode sebelumnya.

Laporan resmi mengenai inventori pekanan akan diterbitkan oleh bagian urusan statistik sektor energi AS, Energy Information Administration, pada hari Rabu malam nanti. Data EIA pekan lalu tercatat -3.226 juta barel, dan diperkirakan pekan ini bakal -2.260 juta barel. Jika data aktual ternyata lebih besar dibanding perkiraan, maka hal itu akan menjadi beban tambahan yang berpotensi menggelayuti harga minyak di tengah kuatnya sentimen penghindaran risiko.

 

266651
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.