Seputarforex - Indeks Dolar AS terpuruk pada kisaran 93.0-an dalam perdagangan hari ini (13/Oktober), level terendahnya dalam tiga pekan terakhir. Hal ini terjadi lantaran pemulihan nilai tukar sejumlah mata uang rival yang dulu terimbas efek negatif kebijakan Presiden AS Donald Trump. Posisi Greenback sempat menggeliat pada sesi Asia, tapi melempem lagi saat memasuki sesi Eropa.
Sejak Trump terjangkit COVID-19, elektabilitasnya mulai merosot. Popularitasnya makin jelek akibat macetnya pembahasan proposal stimulus fiskal tambahan yang sedianya dirancang untuk membantu pemulihan ekonomi dari dampak pandemi. Hasil polling terkini dan pengamatan para pakar terkemuka menunjukkan lebih banyak orang yakin Joe Biden bakal mengalahkan Trump dalam kontestasi presidensial Amerika Serikat. Padahal, kenaikan elektabilitas Biden bermakna negatif bagi kurs dolar AS.
Pelaku pasar menilai kemenangan Biden negatif bagi kurs dolar AS karena beberapa aspek. Pertama, mantan wapres AS di bawah Presiden Barack Obama itu berjanji akan menaikkan pajak korporat. Apabila terealisasi, imbal hasil investasi yang masuk ke AS kemungkinan akan merosot karena investor lebih suka mentransfer dananya ke tempat lain yang mengenakan pajak lebih rendah. Hal ini mengakibatkan dolar AS melemah, bahkan versus sesama mata uang safe haven seperti franc Swiss dan yen Jepang.
Kedua, kemenangan Biden melanggengkan harapan untuk perdamaian antara AS dan China. Kubu Biden hingga kini belum mengungkapkan arah kebijakan luar negeri yang jelas, tetapi kecil kemungkinannya mengambil sikap lebih agresif daripada Trump. Hal ini juga mendorong pelemahan dolar AS terhadap yuan China, peso Meksiko, dan sejumlah mata uang negara berkembang lain.
Pada hari Senin, bank sentral China telah mengumumkan perubahan kebijakan penting demi membendung penguatan yuan. Apresiasi nilai tukar dikhawatirkan dapat berdampak buruk bagi daya saing ekspornya, sehingga perlu di-rem secepatnya. Namun, upaya itu hanya mampu mendongkrak USD/CNY dari kisaran 6.7000 ke 6.7500 saja. Dalam perdagangan hari ini, USD/CNY telah tergelincir lagi ke sekitar 6.7320-an.
Sementara itu, depresiasi dolar AS tertahan versus sejumlah mata uang mayor terkemuka seperti euro dan dolar Australia yang masing-masing terbelit masalah lebih rumit. Aussie terpukul oleh kabar pemblokiran pengiriman batubara asal Australia oleh pemerintah China di tengah memburuknya relasi kedua negara. Sedangkan euro masih terbebani oleh penyebaran COVID-19 dan bias dovish ECB yang makin ekstrim.