EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 156.020   |   GBP/USD 1.253   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,306.88/oz   |   Silver 26.54/oz   |   Wall Street 37,903.29   |   Nasdaq 15,605.48   |   IDX 7,117.43   |   Bitcoin 58,254.01   |   Ethereum 2,969.78   |   Litecoin 80.10   |   EUR/JPY diperdagangkan lebih tinggi di sekitar 166.00 di tengah membaiknya sentimen risiko, 3 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CAD turun ke dekat level 1.3700 di tengah harga minyak mentah yang lebih tinggi, sentimen Risk-On, 3 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD naik mendekati level 1.2550 dengan ekspektasi pergeseran momentum, 3 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF tetap berada di bawah tekanan jual di bawah level 0.9150 menyusul data IHK Swiss, 3 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) optimistis bakal membukukan marketing sales Rp9.5 triliun sepanjang tahun ini, 10 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Starbucks (NASDAQ:SBUX) anjlok 15.9% setelah jaringan kopi ini memangkas proyeksi penjualannya karena membukukan penurunan pertama dalam penjualan dalam hampir tiga tahun terakhir, 10 jam lalu, #Saham AS   |   Saham Amazon.com (NASDAQ: AMZN) naik 2.2% karena hasil kuartalan yang lebih baik dari perkiraan, 10 jam lalu, #Saham AS   |   Pendapatan trivago di Q1 2024 menunjukkan penurunan sebesar 9% YoY, 10 jam lalu, #Saham AS

Minyak Mundur Teratur Pantau Berbagai Perubahan Di Luar Pasar

Penulis

Harga minyak mentah berjangka yang sempat mencapai $50 per barel kemarin berkat terjadinya berbagai gangguan produksi, kini kembali mundur. Saat berita ini diangkat, Brent berada pada kisaran $49.21, sedangkan WTI di kisaran $49.11 per barel.

Harga minyak mentah berjangka yang sempat mencapai $50 per barel kemarin berkat terjadinya berbagai gangguan produksi, kini kembali mundur. Saat berita ini diangkat (5/27), Brent berada pada kisaran $49.21, sedangkan WTI di kisaran $49.11 per barel. Terhentinya operasi terminal minyak penting milik Chevron pasca serangan militan di Delta Niger nampaknya tak mampu menahan harga dalam jalur bullish.

Yellen - Trump - Al Falih

Menurut catatan analis dari ANZ Bank yang dikutip oleh Reuters, "Minyak berjangka Brent dan WTI melewati harga $50 per barel karena pengetatan suplai minyak, namun secara mengejutkan membentur resisten bandel pada level kunci tersebut dan kemudian mundur kembali."

 

Menteri Baru Saudi

Di luar pasar, berbagai perkembangan baru dipantau oleh para investor dan trader. Diantaranya adalah arah kebijakan Menteri Bidang Energi baru Arab Saudi, diresmikannya Donald Trump sebagai kandidat presiden AS dari Partai Republik, serta arahan terbaru dari gubernur Federal Reserve Janet Yellen.

Sejak penunjukannya pada 7 Mei lalu sebagai pimpinan kementrian yang mengurus sektor energi, pertambangan, dan sumber daya terbarukan di Arab Saudi, Khalid Al Falih telah berjumpa dengan beberapa pejabat tinggi urusan perminyakan dari negara-negara lain secara terpisah, namun ia baru akan berbicara untuk pertama kalinya di OPEC pada pertemuan tanggal 2 Juni mendatang. Banyak pihak mengharapkan Arab Saudi akan merubah arah kebijakannya yang telah memicu perang rebutan pangsa pasar dan menyeret harga jatuh, tetapi para pelaku pasar umumnya berpikir kalau Saudi akan tetap konsisten menggenjot output produksi mereka.

 

FED Kembali Diamati

Di sisi lain, dari Amerika Serikat dikabarkan bahwa Donald Trump telah memenangkan konvensi partai Republik yang berarti ia resmi menjadi presumptive US presidential nominee. Ia sebelumnya telah menjanjikan akan berupaya membangkitkan kembali industri minyak dan batubara AS dengan mencabut undang-undang pro-lingkungan hidup yang membatasi perkembangan industri tersebut.

Investor juga menantikan pidato pimpinan Federal Reserve (FED) Janet Yellen dini hari besok, dimana ia diharapkan akan memberikan petunjuk tentang kapan bank sentral AS akan menaikkan suku bunganya.

Banyak pejabat FED lain telah menyuarakan persetujuan mereka untuk menaikkan suku bunga, sejalan dengan perbaikan ekonomi dan laju inflasi domestik. Namun demikian, spekulasi seputar isu ini akan terus beredar menjelang rapat FED FOMC 15-16 Juni mendatang.

Naik-turunnya suku bunga AS (FED rate) tidak secara langsung mempengaruhi harga minyak. Namun demikian, itu adalah salah satu faktor yang secara kuat berpengaruh signifikan pada nilai tukar Dolar AS, yang mana itu juga bisa mempengaruhi keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar minyak.

 

265427
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.