Notulensi rapat rutin penyusunan kebijakan Federal Reserve AS (FOMC The Fed) yang sudah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 kemarin, telah dirilis pada Kamis (08/01) dini hari tadi. Dalam notulensi tersebut dituliskan bahwa tingkat inflasi saat ini belum bisa menjadi alasan bagi The Fed untuk mulai menaikkan suku bunga.
Bersabar Untuk Menaikkan Suku Bunga
Rapat bulan Desember itu memang belum membuahkan keputusan apa-apa mengenai kenaikan suku bunga, akan tetapi beberapa anggota mengindikasikan bahwa kondisi saat ini telah berubah. Notulensi tersebut juga mencatat perubahan pernyataan yang digunakan oleh The Fed untuk menunjukkan belum siapnya The Fed dalam menaikkan suku bunga hingga beberapa pertemuan mendatang.
Sebelumnya, Janet Yellen sebagai Ketua The Fed, kerap kali memakai istilah "considerable time", yang artinya suku bunga akan dinaikkan pada waktunya. Namun, sejak rapat pada Desember lalu, The Fed menyatakan bahwa mereka bisa "lebih bersabar" dalam memulai kebijakan moneter ketatnya.
Lanjutkan Repo Overnight
Notulensi tersebut juga menyebutkan bahwa The Fed memutuskan untuk melanjutkan eksperimennya pada program yang disebut dengan fasilitas repo reverse overnight pada tanggal 29 Januari 2016. Program tersebut akan dibicarakan kembali pada akhir bulan ini. Perpanjangan kembali program repo ini bukanlah hal yang mengejutkan. Para pejabat The Fed menggambarkan hal ini sebagai upaya penting dan perangkat untuk menaikkan suku bunga jangka pendek yang mendekati nol.
Pasar Tak Begitu Terpengaruh
Secara umum, rilis notulensi The Fed malam tadi tak memberikan efek yang signifikan pada pasar. Saham-saham masih mempertahankan reli mereka dan imbal hasil obligasi pemerintah masih beragam. Menurut analis Permanent Portofolio Funds yang diwawancarai oleh CNBC, Michael Cuggino, tak ada tekanan yang mengharuskan The Fed untuk bertindak. Para komite FOMC sebagian masih ingin memastikan bahwa inflasi bergerak mencapai target 2 persen terlebih dahulu sebelum menaikkan suku bunga. Kenaikan inflasi ini dirasa akan sedikit sulit dengan rendahnya harga minyak dan telah meningkatknya pasar tenaga kerja.