EUR/USD 1.088   |   USD/JPY 155.870   |   GBP/USD 1.271   |   AUD/USD 0.670   |   Gold 2,421.06/oz   |   Silver 32.51/oz   |   Wall Street 40,003.59   |   Nasdaq 16,685.97   |   IDX 7,317.24   |   Bitcoin 66,278.37   |   Ethereum 3,071.84   |   Litecoin 82.22   |   PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp1.1 miliar dari capaian laba bersih tahun buku 2023, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) bakal membagikan dividen kepada pemegang sahamnya senilai Rp129.38 miliar, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) akan membagikan tambahan dividen tunai sebesar Rp482.43 miliar dengan cum date jatuh pada hari ini, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,334, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,661 pada pukul 19:23 ET (23:23 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 40,179, 1 jam lalu, #Saham AS

Pound Makin Terkoyak Gegara Proposal Negosiasi Dagang Inggris

Penulis

Proposal negosiasi dagang Inggris untuk Uni Eropa telah membangkitkan kekhawatiran terhadap risiko No-Deal Brexit lagi. Akibatnya, Pound kian tertekan.

Seputarforex.com - Poundsterling melanjutkan pelemahan hingga kisaran 1.2860-an versus Dolar AS dalam perdagangan awal sesi Eropa hari ini (28/Februari). Faktor yang membebani Pound semakin bertambah setelah PM Inggris Boris Johnson merilis mandat untuk para negosiator Inggris. Di dalamnya, Johnson menegaskan kembali penolakan pemerintahannya terhadap tuntutan utama Uni Eropa, sekaligus membangkitkan kekhawatiran terhadap risiko "No-Deal Brexit".

GBPUSD DailyGrafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

Kemarin malam, PM Boris Johnson mempresentasikan dokumen berisi garis-garis besar bagi negosiasi dagang antara Inggris dan Uni Eropa yang akan dimulai pada hari Senin. Dokumen berjudul "The Future Relationship with the EU: The UK’s Approach to Negotiations" tersebut mencantumkan penolakan terhadap tuntutan Uni Eropa agar Inggris menyelaraskan peraturan dengan Brussels dalam beberapa bidang tertentu.

Pernyataan krusial itu tercantum pada urutan kedua dalam kerangka kebijakan umum, "(Visi hubungan Inggris dan Uni Eropa di masa depan) adalah hubungan berdasarkan kerjasama bersahabat antara kedaulatan yang setara, dengan kedua pihak menghormati otonomi hukum dan hak untuk mengatur sumber daya masing-masing yang sesuai. Apa pun yang terjadi, Pemerintah (Inggris) tidak akan merundingkan peraturan di mana Inggris tidak memiliki kendali terhadap hukum dan perpolitikannya sendiri. Itu artinya kami tidak akan menyetujui kewajiban apa pun bagi hukum kami untuk diselaraskan dengan Uni Eropa, atau bagi lembaga Uni Eropa, termasuk Pengadilan, untuk memiliki yurisdiksi di Inggris."

Dokumen yang sama juga menyatakan bahwa apabila kedua belah pihak tidak mampu mencapai sebuah kesepakatan yang memuaskan, maka "hubungan perdagangan dengan Uni Eropa akan tergantung pada Withdrawal Agreement 2019 dan akan tampak mirip dengan perjanjian dagang Uni Eropa dengan Australia". Istilah bertanda kutip tersebut dianggap oleh pelaku pasar sebagai kode baru untuk "No-Deal Brexit".

Sementara itu, Pound juga bergelut dengan sejumlah masalah berdampak tinggi lain, termasuk potensi dampak wabah virus Corona dan ketidakpastian anggaran negara. Kegelisahan sebagian besar pelaku pasar telah menekan nilai tukar GBP ke posisi saat ini. Namun, sejumlah analis masih yakin kalau negosiasi dagang Inggris-Uni Eropa akan membuahkan kesepakatan yang dapat disetujui semua pihak.

Daniel Been, pimpinan pakar strategi forex di ANZ Bank berpendapat, "Sterling diperdagangkan dengan kegelisahan menjelang perundingan dagang Inggris-Uni Eropa pada Maret, karena perbedaan pendapat dengan penyelarasan aturan Uni Eropa dan kesetaraan aturan main telah memantik pertanyaan tentang akses Inggris ke pasar tunggal (setelah brexit -red). (Tetapi) kami memahami bahwa terlepas dari bahasa kaku dari kedua belah pihak, keinginan pragmatis untuk (mencapai) kesepakatan dagang tetap tinggi dan keduanya gigih untuk menghindari 'No-Deal'."

292163
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.