EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,313.34/oz   |   Silver 27.53/oz   |   Wall Street 38,892.33   |   Nasdaq 16,349.25   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 63,161.95   |   Ethereum 3,062.73   |   Litecoin 80.79   |   USD/JPY naik ke dekat 154.00 di tengah membaiknya dolar As, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD: Pembeli Pound Sterling ragu-ragu karena level kunci masih kokoh, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Pound Sterling kembali melemah saat fokusnya bergeser ke keputusan kebijakan moneter BoE, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   RBA mempertahankan pengaturan kebijakan, pasar mencermati komentar para gubernur bank sentral, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   PT Indika Energy Tbk. (INDY) menetapkan dividen tunai sebesar $30 juta atau sekitar Rp480 miliar, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel naik 3.6% ke level Rp575 per unit, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Remala Abadi Tbk. (DATA) naik 34.04% atau nyaris menyentuh ARA usai resmi mencatatkan saham perdana di BEI pada hari ini, 14 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil di 5,205, sementara Nasdaq 100 turun sedikit menjadi 18,184 pada pukul 19:33 ET (23:33 WIB). Dow Jones datar di 38,991, 14 jam lalu, #Saham AS

Tahan Suku Bunga, Aussie Ingin Gaji Naik Dulu

Penulis

Bias dovish bank sentral Australia (RBA) sebenarnya sudah diekspektasikan oleh sebagian analis, tetapi kembali menekan Dolar Australia.

Seputarforex.com - Notulen rapat kebijakan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang dirilis pada Selasa pagi ini (20/Februari) mengisyaratkan bahwa otoritas moneter negeri Kanguru menilai pertumbuhan gaji karyawan dibutuhkan untuk memastikan pemulihan inflasi, sebelum kenaikan suku bunga dapat dilakukan. Bias dovish ini sebenarnya sudah diekspektasikan oleh sebagian analis, tetapi kembali menekan Dolar Australia yang sempat pulih pada perdagangan hari Senin kemarin.

Dolar Australia

 

Apresiasi Dolar Australia Berbahaya

Notulen rapat kebijakan RBA menunjukkan bahwa mereka telah lebih yakin mengenai outlook ekonomi domestik, dengan dukungan pemulihan ekonomi global yang tersinkronisasi. Akan tetapi, inflasi masih rendah, dan kemajuan lebih lanjut hanya akan terjadi secara bertahap.

RBA juga menyoroti lambatnya pertumbuhan pendapatan yang dihadapkan pada tingginya utang rumah tangga. Poin ini menjadi alasan mengapa suku bunga perlu dipertahankan di level rendah hingga beberapa waktu ke depan. Apalagi, RBA pun memperingatkan bahwa apresiasi Dolar Australia bisa mengakibatkan perlambatan pemulihan ekonomi dan inflasi.

 

Ada Risiko Jika Pertumbuhan Pendapatan Rendah

RBA telah membiarkan suku bunga tetap pada 1.50 persen sejak Agustus 2016. Kebijakan tersebut, menurut RBA, membantu mendorong Tingkat Pengangguran menurun ke 5.5 persen serta mendekatkan inflasi ke kisaran target 2-3 persen. Meski demikian, bank sentral yang didirikan pada 14 Januari 1960 ini memandang perjalanan ke depan masih penuh tantangan.

"Kemajuan lebih lanjut dalam target-target (kami) diekspektasikan terjadi dalam beberapa periode mendatang, tetapi kenaikan inflasi kemungkinan hanya akan terjadi secara bertahap seiring penguatan ekonomi... Masih ada risiko kalau pertumbuhan konsumsi bisa jadi lebih lambat dari perkiraan, jika pertumbuhan pendapatan rumah tangga meningkat lebih sedikit dari ekspektasi."

Pekan lalu, Gubernur RBA Philip Lowe mengatakan bahwa ia ingin melihat pertumbuhan gaji tahunan berakselerasi dari 2 persen sekarang ke sekitar 3.5 persen. Di sisi lain, Asisten Gubernur Luci Ellis sempat menyoroti tren tak sedap yang kini merebak, yaitu perusahaan-perusahaan Australia enggan untuk menaikkan gaji, sehingga kesepakatan gaji bagi pegawai baru menawarkan lebih sedikit kenaikan ketimbang pegawai lama.

Pandangan-pandangan RBA yang tertuang dalam notulen rapat kebijakannya ini berimbas buruk bagi Dolar Australia. Saat berita ditulis, sekitar satu jam setelah notulen dirilis, AUD/USD telah merosot 0.20% ke 0.7896. Laju kenaikan AUD/NZD juga melambat, hanya naik 0.07% ke 1.0739, sementara data PPI Input New Zealand baru saja dilaporkan mengalami penurunan dari 1.0% ke 0.9% QoQ di kuartal IV/2017.

282432
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.