Sejumlah anggota pembuat kebijakan Bank Sentral Jepang (BOJ) menyatakan dalam rapatnya pada tanggal 16-17 Maret lalu, bahwa mereka cukup percaya diri dengan langkah bank sentral untuk tetap menggelontorkan stimulus secara agresif. Kebijakan tersebut diyakini akan memberikan dampak yang positif.
Masalah Baru Akibat Pelonggaran Moneter
Keputusan 9 anggota Dewan BOJ pada hari ini tadi diwarnai oleh satu suara berbeda yang dilayangkan oleh Takahide Kiuchi, yang memang sering tak sepaham dengan Gubernur Kuroda sejak Mei 2013. Kiuchi mengatakan bahwa efek dari stimulus agresif tersebut memang dapat memberikan bantuan bagi inflasi, namun dapat memunculkan masalah baru seperti gelembung finansial. Peningkatan ekonomi yang terjadi saat ini tidak akan terjadi tanpa tambahan pelonggaran moneter yang dilaksanakan pada Oktober tahun lalu. Kiuchi juga meminta agar laju ekspansi pelonggaran moneter dikurangi hingga menjadi 45 triliun Yen saja per tahun.
Sayangnya, 8 anggota lainnya tak setuju dengan Kiuchi, termasuk Yutaka Harada, anggota pejabat BOJ baru yang pertama kali berpartisipasi memberikan suaranya dalam rapat kebijakan. Harada menyatakan bahwa secara umum, visi dan misinya sejalan dengan tujuan Haruhiko Kuroda. Saat ini BOJ telah melakukan pembelian obligai sebanyak 80 Triliun Yen dalam satu tahun.
Selain itu, pagi tadi Jepang juga merilis data mengenai pesanan mesin yang melonjak 5.3 persen tahun ke tahun pada bulan februari, jauh melebihi ekspektasi yang memperkirakan kenaikan akan mencapai 3.7 persen. Meski demikian, setelah laporan ini Yen tetap melemah dengan USD/JPY yang naik 0.09 persen ke posisi 120.31.