Menu

1 Februari 2019: NFP AS, Manufaktur Inggris, CPI Eurozone

Martin

Data berdampak hari ini adalah NFP, upah dan pengangguran di AS, Manufaktur PMI Inggris, AS dan China, CPI Eurozone dan kepercayaan konsumen AS.

Jumat, 1 Februari 2019:

Indeks Manufacturing PMI versi Markit atau yang disebut dengan indeks Caixin ini adalah estimasi indeks PMI, yang dibuat berdasarkan hasil survei terhadap 430 purchasing manager di seluruh China. Fokusnya adalah mengenai kondisi ekonomi dan bisnis saat ini, untuk mendapatkan gambaran prospek perekonomian ke depan.

Parameter yang disurvei adalah produksi, new orders, harga, pengiriman, persediaan, dan tenaga kerja. Indeks ini sering dianggap sebagai leading indicator. Angka rilis di atas 50.0 menunjukkan aktivitas sektor manufaktur sedang tinggi, sedangkan rilis di bawah angka 50.0 menunjukkan terjadinya kontraksi.


Bulan Desember 2018 lalu, indeks Caixin Manufacturing PMI China berada pada angka 49.7, lebih rendah dari perkiraan 50.1, dan menjadi yang terendah sejak bulan Mei 2017 akibat merosotnya new order dan ekspor. Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan indeks akan turun ke angka 49.5. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan mendukung penguatan AUD dan NZD.

 

Indeks ini dibuat dan dirilis oleh Markit setiap bulan, dan didasarkan pada 5 indikator utama yaitu: produksi, ketersediaan produk (inventory), aktivitas pengiriman (delivery), jumlah pesanan (orders), dan jumlah tenaga kerja.

Di Inggris, indeks ini dibuat berdasarkan hasil survei terhadap 600 purchasing manager mengenai kondisi ekonomi dan bisnis saat ini, hingga didapatkan gambaran prospek perekonomian ke depan. Oleh karena itu, indikator ini penting bagi investor dan para pelaku bisnis, juga sering dianggap sebagai leading indicator. Angka rilis di atas 50.0 menunjukkan aktivitas sektor manufaktur sedang tinggi, sedangkan rilis di bawah angka 50.0 menunjukkan terjadinya kontraksi.


Bulan Desember 2018 lalu, indeks Manufacturing PMI berada pada angka 54.2, lebih tinggi dari perkiraan 52.5, dan menjadi yang tertinggi sejak bulan Juni 2018. Pada bulan Desember 2018, indeks new orders dan kepercayaan bisnis mengalami kenaikan setelah anjlok akibat ketidakpastian proses negosiasi Brexit.

Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan indeks akan turun ke angka 53.5. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan GBP menguat.

 

CPI kawasan Euro dirilis 2 kali dalam sebulan, yaitu Flash (data awal) dan Final. Angka estimasi tingkat inflasi ini dirilis oleh Eurostat berdasarkan masukan data CPI awal dari 19 negara anggota kawasan Euro. Meski mungkin ada kekurangan tentang detail dari kategori barang sebagai acuannya, Flash Estimate tetap berdampak tinggi karena merupakan data CPI kawasan Euro yang paling awal dirilis.

Data yang berdampak tinggi adalah inflasi tahunan, yaitu persentase perubahan dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (year over year atau y/y). Ada 2 rilis yang diperhatikan, yaitu CPI inti (Core CPI) dan CPI total. CPI inti tidak memperhitungkan kategori barang makanan, minuman, dan energi. Untuk kawasan Euro, yang berdampak tinggi adalah CPI total y/y karena menunjukkan tingkat inflasi tahunan kawasan. Selain itu, bank sentral Eropa (ECB) selalu mengacu pada CPI total y/y untuk menentukan target inflasi dan perubahan tingkat suku bunga.


Final CPI kawasan Euro bulan Desember 2018 lalu turun ke +1.6%, lebih rendah dari perkiraan +1.8%, dan merupakan yang terendah sejak bulan April 2018. Sementara itu, CPI inti y/y +1.0%, sesuai dengan perkiraan dan sama dengan bulan sebelumnya. Dalam basis bulanan (m/m), CPI total bulan Desember 2018 stagnan atau 0.0%, tetapi masih lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang turun 0.2%. Naiknya inflasi tahunan bulan Desember 2018 disebabkan oleh meningkatnya harga energi, makanan, dan sektor jasa.

Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan CPI total y/y kawasan Euro akan naik 1.4%, dan CPI inti y/y akan kembali naik 1.0%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan EUR menguat.

 

Data Non-Farm Payrolls (NFP) yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS ini mengukur perubahan jumlah tenaga kerja di luar sektor pertanian selama periode sebulan. Data ini merupakan indikator awal bagi pengeluaran konsumen dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan, dan menjadi bahan pertimbangan penting bagi The Fed dalam menentukan tingkat suku bunga.


Bulan Desember 2018 lalu, NFP bertambah 312,000 jobs, jauh lebih tinggi dari perkiraan bertambah 179,000 jobs, dan menjadi yang tertinggi sejak bulan Februari 2018. Rata-rata pertambahan jobs dalam 3 bulan terakhir adalah 254,000 jobs per bulan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 189,667 jobs per bulan.

Pada bulan Desember 2018, pertambahan lapangan pekerjaan terbanyak adalah tenaga perawatan medis (+50,000 jobs), sektor tenaga profesional dan pelayanan bisnis (+43,000 jobs), manufaktur (+32,000 jobs), perdagangan ritel (+24,000 jobs), konstruksi (+38,000 jobs), dan food services (+41,000 jobs).

Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan NFP akan bertambah 165,000 jobs , sementara menurut data ADP Non Farm Employment Change tanggal 30 Januari 2019, NFP akan bertambah 213,000 jobs (rilis). Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS setiap bulan ini mengukur perubahan upah rata-rata per jam (Average Hourly Earnings) di luar industri pertanian. Rilis data berupa persentase perubahan rata-rata upah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Upah dikaitkan dengan besaran inflasi guna memperkirakan tingkat biaya hidup. Karena itu, The Fed selalu memperhatikan data upah rata-rata per jam sebagai pertimbangan untuk menentukan suku bunga acuan.


Bulan Desember 2018 lalu, upah rata-rata per jam di AS naik 0.4% atau 11 sen Dolar, lebih tinggi dari perkiraan naik 0.3%, dan merupakan persentase kenaikan tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Dalam basis tahunan (y/y), upah naik 3.2%, lebih tinggi bulan sebelumnya yang naik 3.1%, dan merupakan yang tertinggi sejak tahun 2009.

Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan upah rata-rata per jam akan naik 0.3%, dan y/y akan kembali naik 3.2%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Indikator ini mengukur persentase total tenaga kerja produktif yang sedang tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan. Meski dianggap sebagai indikator lagging, tetapi jumlah pengangguran akan berdampak pada pengeluaran konsumen, jumlah tenaga kerja, dan tingkat kepercayaan.

Bulan Desember 2018 lalu, tingkat pengangguran di AS naik ke angka +3.9%, lebih tinggi dari perkiraan +3.7%, dan menjadi yang tertinggi dalam 5 bulan terakhir. Sementara itu, tingkat partisipasi bulan Desember 2018 berada pada angka 63.1%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 62.9%.

Untuk bulan Desember 2018, diperkirakan tingkat pengangguran tetap pada angka +3.9%. Hasil rilis yang lebih rendah dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Indeks ini sama dengan yang dirilis oleh Markit untuk Manufacturing PMI, hanya saja datanya bersumber dan dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) yang khusus dibuat untuk AS. Di AS, indikator ini biasanya lebih berdampak dari yang dirilis Markit.

Dibuat berdasarkan survei terhadap 400 purchasing manager di AS mengenai kondisi bisnis saat ini, data ini mencakup output produksi, ketersediaan produk, aktivitas pengiriman, jumlah pesanan, dan jumlah tenaga kerja. Angka rilis di atas 50.0 menunjukkan ekspansi di sektor manufaktur, sedangkan di bawah angka 50.0 menunjukkan kontraksi. Dalam prakteknya, indeks ini dianggap cukup akurat untuk memprediksi output sektor manufaktur di AS.


Bulan Desember 2018 lalu, indeks ISM Manufacturing AS naik ke angka 54.3 (revisi dari data sebelumnya yang 54.1), lebih rendah dari perkiraan 57.7, dan menjadi yang terendah sejak bulan Desember 2016. Pada bulan Desember 2018, indeks new orders, produksi, tenaga kerja, inventories, dan deliveries mengalami kontraksi.

Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan indeks ISM Manufacturing PMI akan berada pada angka 54.1. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Data yang dirilis oleh University of Michigan (UoM) setiap bulan pada Jumat terakhir ini mengukur kepercayaan konsumen terhadap kondisi bisnis dan keuangan di AS. Indeks kepercayaan konsumen UoM adalah salah satu yang selalu diperhatikan investor, di samping indeks Conference Board (CB) Consumer Confidence.

Indeks ini dibuat berdasarkan survei terhadap 500 konsumen mengenai kondisi perekonomian AS saat sekarang dan waktu yang akan datang. Angka indeks dirilis dalam 2 versi dengan selang waktu 2 minggu, yaitu Preliminary dan Final atau revised. Indeks Preliminary dirilis lebih awal sehingga cenderung lebih berdampak. Namun jika pada rilis Final terjadi revisi yang jauh dari perkiraan, maka data itu akan berdampak tinggi juga.


Indeks Preliminary bulan Januari 2019 yang dirilis tanggal 18 lalu menunjukkan angka 90.7, lebih rendah dari perkiraan 97.0, dan merupakan yang terendah sejak Oktober 2016. Pada bulan Januari 2019, indeks current economic conditions turun dari 116.1 ke 110.0, sementara indeks future expectations turun dari 87.0 ke 78.3.

Untuk indeks Final bulan Januari 2019, diperkirakan akan tetap pada angka 90.7. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung mendukung penguatan USD.



Keterangan : Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE