Menu

13-14 Februari 2019: Inflasi AS Dan Inggris, GDP Jepang

Martin

Data dan peristiwa berdampak hari ini adalah CPI AS dan Inggris, PPI Inggris, dan persediaan minyak AS. Besok ada GDP Jepang dan testimoni gubernur RBNZ.

Rabu, 13 Februari 2019:

CPI adalah pengukur utama tingkat inflasi yang selalu diperhatikan bank sentral sebagai pertimbangan utama dalam menentukan suku bunga. Ada 2 rilis yang diperhatikan, yaitu CPI inti (Core CPI) dan CPI total. CPI inti tidak memperhitungkan kategori makanan, minuman, dan energi (bahan bakar minyak dan gas). Data ini dirilis dalam 2 versi pengukuran, yakni month over month (m/m) yang dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan year over year (y/y) yang dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Dari semuda data CPI di atas, yang paling berdampak adalah CPI total y/y (inflasi tahunan) karena digunakan sebagai acuan oleh BoE. Di samping CPI, hari ini juga dirilis data Producer Price Index (PPI) dan Retail Price Index (RPI) yang hanya mengukur barang-barang konsumsi utama dan biaya sewa tempat tinggal (y/y). Namun, dampak CPI jauh lebih tinggi dari kedua laporan tersebut.

Bulan Desember 2018 lalu, inflasi tahunan Inggris naik 2.1%, sesuai dengan perkiraan dan menjadi yang terendah sejak bulan Januari 2017. Sementara untuk basis bulanan (m/m), CPI naik 0.2%, tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Naiknya inflasi tahunan bulan Desember 2018 disebabkan oleh meningkatnya biaya transportasi (+3.4%), biaya rekreasi (+2.8%), perlengkapan rumah (+0.4%), tarif hotel dan restoran (+3.1%), harga makanan dan minuman non alkohol (+0.7%), serta harga bahan bakar (+3.4%). Sementara itu, CPI inti bulan Desember 2018 y/y naik 1.9%, lebih tinggi dari perkiraan dan bulan sebelumnya yang naik 1.8%.

Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan CPI total y/y akan naik 1.9%, m/m akan turun 0.7% (atau -0.7%), dan CPI inti y/y akan kembali naik 1.9%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan GBP menguat.

 

Indikator ini mengukur perubahan harga di tingkat produsen dan akan mempengaruhi tingkat inflasi di Inggris. Bulan Desember 2018 lalu, PPI m/m Inggris turun 1.0% (atau -1.0%), lebih baik dari perkiraan turun 1.5% dan bulan sebelumnya yang turun 2.6%. Sementara untuk y/y naik 2.5%, terendah sejak April 2018. Penurunan terutama disebabkan oleh merosotnya harga bahan bakar dan bahan kimia.


Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan PPI input m/m akan naik 0.2%, dan y/y diperkirakan naik 2.3%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari ekspektasi akan cenderung mendukung penguatan GBP.

 

Data inflasi ini dirilis oleh biro statistik tenaga kerja AS, mengukur persentase perubahan data CPI dibandingkan periode sebelumnya. CPI total dan CPI inti (Core CPI) yang tidak termasuk harga makanan dan energi dirilis pada saat yang sama. Masing-masing data diterbitkan dalam versi month over month (m/m) dan year over year (y/y). Laporan m/m membandingkan data bulan ini dengan bulan sebelumnya, sementara y/y membandingkan data bulan ini dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Keduanya berdampak tinggi terutama data y/y.

Laju inflasi baik yang tahunan (y/y) maupun bulanan (m/m) selalu menjadi fokus pada setiap FOMC meeting, sehingga data inflasi setiap bulan akan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi The Fed untuk memutuskan kenaikan suku bunga.


Bulan Desember 2018 lalu, CPI total y/y turun ke +1.9%, sesuai dengan perkiraan dan menjadi yang terendah sejak bulan Agustus 2017. Sementara untuk basis bulanan (m/m), CPI total turun 0.1% (atau -0.1%), sesuai dengan perkiraan dan merupakan yang terendah sejak Maret 2018. Naiknya inflasi tahunan bulan Desember 2018 disebabkan oleh meningkatnya harga bahan bakar minyak (+1.9%), harga makanan (+1.6%), perawatan kesehatan (+2.6%), jasa transportasi (+2.8%), dan sewa apartemen (+3.2%).

CPI inti y/y bulan Desember 2018 naik 2.2%, sesuai dengan perkiraan dan sama dengan bulan sebelumnya. Sedangkan CPI inti m/m naik 0.2%, sesuai dengan perkiraan dan sama dengan bulan sebelumnya (tertinggi dalam 5 bulan).

Untuk bulan Januari 2019, diperkirakan inflasi tahunan (CPI total y/y) akan turun ke +1.5%, CPI total m/m diperkirakan naik 0.1%, CPI inti y/y akan naik 2.1%, dan m/m naik 0.2%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Data ini dirilis tiap minggu oleh Energy Information Administration (EIA) AS, dan disebut juga dengan Crude Stocks atau Crude Levels, yang mengukur perubahan jumlah persediaan minyak mentah (dalam satuan barel) untuk industri di AS. Meski indikator ini dirilis oleh AS, tapi bisa berdampak juga pada CAD mengingat impor sebagian minyak mentah AS berasal dari Kanada. Indikator ini juga akan mempengaruhi harga minyak di AS dan akan berdampak pada tingkat inflasi.


Minggu lalu, persediaan minyak untuk industri bertambah sebanyak 1.26 juta barel, sesuai dengan perkiraan dan lebih tinggi dari minggu sebelumnya yang bertambah 0.92 juta barel. Untuk minggu ini, persediaan minyak diperkirakan akan kembali bertambah 2.10 juta barel.

Jika persediaan minyak di AS lebih tinggi dari perkiraan, maka harga WTI/USD akan cenderung melemah karena diasumsikan permintaan akan berkurang. Sebaliknya jika lebih rendah dari perkiraan, maka harga WTI/USD akan cenderung menguat karena diasumsikan permintaan akan meningkat.

Namun demikian, persediaan minyak di AS hanya salah satu faktor yang menggerakkan harga minyak dunia. Yang paling berdampak adalah kebijakan negara-negara penghasil minyak mengenai kuota produksi, pernyataan pejabat negara penghasil minyak, dan situasi politik di Timur Tengah. Rilis data persediaan minyak di AS tidak bisa dipastikan akan selalu mempengaruhi harga minyak dunia.

Baca juga: Harga Minyak Melemah, Terbebani Kekhawatiran Ekonomi Global

 

Kamis, 14 Februari 2019:

Adrian Orr dijadwalkan mengadakan testimoni mengenai Statement kebijakan moneter di depan Finance and Expenditure Select Committee di Wellington. Isi testimoni Orr bisa dibaca di sini.

 

Disebut juga dengan Real GDP dan dirilis oleh Cabinet Office setiap kuartal, data ini menunjukkan nilai total barang dan jasa yang dihasilkan Jepang dalam periode waktu tertentu, dan digunakan sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi. Untuk Jepang, data GDP dirilis 2 kali: Preliminary (data awal) dan Final. Preliminary GDP yang merupakan rilis pertama biasanya lebih berdampak dari Final. Hasil rilis berupa persentase perubahan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (q/q).


Kuartal ketiga 2018 lalu, ekonomi Jepang mengalami kontraksi 0.6% (atau -0.6%), lebih rendah dari perkiraan kontraksi 0.3%, dan menjadi yang terendah sejak kuartal kedua tahun 2014. Penurunan tersebut disebabkan oleh merosotnya pengeluaran konsumen, investasi swasta, dan ekspor.

Untuk kuartal keempat tahun 2018, diperkirakan GDP Jepang q/q akan mengalami ekspansi 0.4% (atau +0.4%). Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan JPY menguat.



Keterangan : Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE