Menu

14-15 Januari 2020: Inflasi AS, Perdagangan China, Pidato Kuroda

Martin

Data berdampak hari ini adalah CPI AS, neraca perdagangan China, dan pidato Williams Fed. Besok ada pidato Kuroda BoJ.

Selasa, 14 Januari 2020:

Data yang dirilis oleh Customs General Administration of China (CGAC) ini mengukur perbedaan total nilai impor dan ekspor dalam periode waktu satu bulan dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (year over year atau y/y).

Jika nilai total ekspor lebih besar dari nilai total impor, maka neraca perdagangan mengalami surplus. Namun apabila sebaliknya, maka perdagangan mengalami defisit. Volume perdagangan China yang meningkat akan berdampak positif pada negara partner dagang terutama Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Hal itu karena ketiga negara tersebut banyak mengekspor komoditi pertambangan dan bahan makanan olahan ke China.

Bulan November 2019 lalu, perdagangan China mengalami surplus sebesar USD3793 miliar y/y, lebih rendah dari perkiraan surplus USD44.50 miliar, dan merupakan surplus terendah dalam 3 bulan terakhir. Pada bulan November 2019, ekspor mengalami kontraksi karena berkurangnya permintaan akibat sengketa dagang dengan AS yang masih berlangsung. Sementara itu, impor mengalami kenaikan.

Surplus perdagangan dengan Amerika Serikat yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar China, turun menjadi USD24.60 miliar dibandingkan bulan sebelumnya yang USD26.45 miliar.

Untuk bulan Desember 2019, diperkirakan perdagangan China y/y akan surplus sebesar USD45.80 miliar. Surplus yang lebih tinggi dari perkiraan akan berdampak positif pada AUD dan NZD.

 

Data inflasi ini dirilis oleh biro statistik tenaga kerja AS, mengukur persentase perubahan data CPI dibandingkan periode sebelumnya. CPI total dan CPI inti (Core CPI) yang tidak termasuk harga makanan dan energi dirilis secara bersamaan, masing-masing untuk month over month (m/m) yang dibandingkan dengan data bulan sebelumnya, dan year over year (y/y) yang dibandingkan dengan bulan sama pada tahun sebelumnya. Keduanya berdampak tinggi terutama data y/y.

The Fed memperhatikan data CPI total y/y dan CPI inti y/y sebagai acuan inflasi tahunan AS. Laju inflasi baik yang tahunan (y/y) maupun bulanan (m/m) selalu menjadi fokus pada setiap FOMC meeting, sehingga data inflasi setiap bulan akan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi The Fed untuk memutuskan kenaikan suku bunga.

Bulan November 2019 lalu, CPI total y/y naik ke +2.1%, lebih tinggi dari perkiraan +2.0%, dan menjadi yang tertinggi dalam setahun terakhir. Naiknya inflasi tahunan ini disebabkan oleh meningkatnya harga makanan, sementara harga energi mengalami kontraksi.

 

Sementara untuk basis bulanan (m/m), CPI total naik 0.3%, lebih tinggi dari perkiraan naik 0.2%, tetapi lebih rendah dari bulan sebelumnya yang naik 0.4%.

Sementara itu, CPI inti y/y bulan November 2019 naik 2.3%, sesuai dengan perkiraan dan sama dengan bulan sebelumnya (terendah dalam 4 bulan). Sedangkan CPI inti m/m naik 0.2%, juga sesuai dengan perkiraan dan sama dengan bulan sebelumnya (tertinggi dalam 3 bulan).

Untuk bulan Desember 2019, diperkirakan baik CPI total y/y maupun CPI inti y/y akan naik 2.3%, sementara CPI total m/m dan CPI inti m/m diperkirakan naik 0.2%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Presiden Federal Reserve Bank of New York yang juga anggota FOMC, John Williams, dijadwalkan berbicara dalam acara workshop yang diadakan oleh London School of Economics. Isi pidato Williams bisa dibaca di sini

 

Rabu, 15 Januari 2020:

Kuroda dijadwalkan berbicara pada acara pertemuan para manager BoJ di Tokyo. Isi pidato Kuroda bisa dibaca di sini.

 

Keterangan : Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE