Menu

15 Agustus 2018: Retail Sales AS, CPI Inggris, Upah Di Australia

Martin

Data berdampak hari ini adalah Retail Sales AS, CPI Inggris, persediaan minyak, dan output industri AS.

Rabu, 15 Agustus 2018:

Data ini dirilis oleh biro statistik Australia setiap kuartal, mengukur persentase perubahan upah per jam dari perusahaan milik pemerintah maupun swasta. Besaran upah merupakan indikator awal bagi pengeluaran konsumen yang akan mempengaruhi inflasi, karena meningkatnya upah akan menyebabkan naiknya inflasi d itingkat konsumen (CPI). Rilis data berupa persentase perubahan upah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter per quarter atau q/q), serta perubahan upah dari kuartal yang sama dibandingkan dengan tahun sebelumnya (quarter per year atau q/y).


 

Kuartal pertama lalu, upah per jam di Australia naik 0.5% q/q, lebih rendah dari perkiraan naik 0.6%, dan sama dengan kuartal sebelumnya. Sementara untuk q/y, upah naik 2.1%, sesuai dengan perkiraan dan sama dengan kuartal sebelumnya (tertinggi sejak kuartal kedua tahun 2016). Kenaikan terjadi di sektor industri dan pendidikan.

Untuk kuartal kedua tahun 2018, diperkirakan upah per jam q/q akan kembali naik 0.6%, dan q/y akan naik 2.1%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan AUD menguat.

 

CPI adalah pengukur utama tingkat inflasi yang selalu diperhatikan bank sentral sebagai pertimbangan utama dalam menentukan suku bunga. Ada 2 rilis yang diperhatikan, yaitu CPI inti (Core CPI) dan CPI total. CPI inti tidak memperhitungkan kategori makanan, minuman dan energi (bahan bakar minyak dan gas). Data yang dirilis masing-masing untuk month over month (m/m) yang dibandingkan dengan bulan sebelumnya, juga year over year (y/y) yang dibandingkan dengan bulan sama pada tahun sebelumnya.

Yang paling berdampak adalah CPI total y/y (inflasi tahunan) karena digunakan sebagai acuan oleh BoE. Di samping CPI, juga dirilis data Producer Price Index (PPI) dan Retail Price Index (RPI) yang hanya mengukur barang-barang konsumsi utama dan biaya sewa tempat tinggal (y/y). Akan tetapi, dampak CPI tetap jauh lebih tinggi.


 

Bulan Juni lalu, inflasi tahunan Inggris naik 2.4%, lebih rendah dari perkiraan naik 2.6% dan sama dengan bulan sebelumnya (terendah sejak bulan Maret tahun lalu). Sementara untuk basis bulanan (m/m), inflasi stagnan atau 0.0%, terendah sejak bulan Juli tahun lalu.

Naiknya inflasi tahunan bulan Juni tersebut disebabkan oleh meningkatnya biaya transportasi (+5.5%), biaya rekreasi (+2.4%), perlengkapan rumah (+2.0%), tarif hotel dan restoran (+2.6%), harga pakaian dan alas kaki (+0.3%), serta harga bahan bakar, air dan listrik (+2.1%). CPI inti bulan Juni y/y naik 1.9%, terendah sejak Maret tahun lalu.

Untuk bulan Juli 2018. diperkirakan CPI total y/y akan naik 2.5%, m/m akan turun 0.1% (atau -0.1%), dan CPI inti y/y akan naik 1.9%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan GBP menguat.

 

Indikator ini mengukur perubahan harga di tingkat produsen dan akan mempengaruhi tingkat inflasi di Inggris. Bulan Juni lalu, PPI m/m Inggris naik 20.2%, lebih rendah dari perkiraan naik 0.3% dan menjadi yang terendah dalam 3 bulan terakhir. Sementara untuk y/y, indeks harga naik 3.1%, tertinggi sepanjang tahun ini. Kenaikan tersebut disebabkan oleh peningkatan harga petroleum dan bahan kimia. Untuk bulan Juli 2018, diperkirakan PPI input m/m akan naik 0.1% dan y/y diperkirakan naik 3.0%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung mendukung penguatan GBP.

 

Penjualan di tingkat retailer adalah indikator awal bagi kepercayaan konsumen, permintaan, dan pengeluaran konsumen yang menunjukkan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Pada akhirnya, perubahan-perubahan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan. Rilis data menunjukkan persentase perubahan penjualan ritel bulan ini dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Ada dua rilis yang diperharikan, yakni penjualan ritel inti yang tidak termasuk otomotif (Core Retail Sales atau Retail Sales Ex Autos) dan penjualan ritel total (disebut juga Advance Retail Sales). Masing-masing data dirilis dalam 2 versi, yaitu yang merefleksikan perubahan bulanan (month over month atau m/m) dan data tahunan (year over year atau y/y). Dalam hal ini, penjualan ritel bulanan lebih berdampak.


 

Bulan Juni lalu, Advance Retail Sales AS m/m naik 0.5%, lebih tinggi dari perkiraan naik 0.4%, tetapi lebih rendah dari bulan sebelumnya yang naik 1.3%. Penjualan ritel inti bulan Juni naik 0.4%, sesuai dengan perkiraan dan lebih rendah dari bulan sebelumnya yang naik 1.4%. Sementara itu, Advance Retail Sales Juni y/y naik 6.6%.

Kenaikan penjualan ritel bulan Juni terjadi pada stasiun bahan bakar (+1.0%), toko material bangunan (+0.8%), toko furnitur (+0.6%), toko kendaraan bermotor (+0.9%), toko makanan dan minuman (+1.5%), serta bisnis online (+1.3%). Untuk bulan Juli 2018, diperkirakan Advance Retail Sales m/m akan naik 0.1%, Core Retail Sales akan naik 0.3%, dan Advance Retail Sales y/y diperkirakan naik 4.4%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Data ini dirilis oleh The Fed dan juga disebut dengan Factory Output. Industrial Production mengukur perubahan Volume Output yang dihasilkan oleh sektor manufaktur, pertambangan, dan industri lainnya. Naik turunnya Output produksi sangat bergantung pada siklus ekonomi, perubahan jumlah tenaga kerja, dan pendapatan konsumen.

Rilis data berupa persentase perubahan dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month over month atau m/m), dan data yang membandingkan rilis bulan ini dengan bulan sama pada tahun sebelumnya (year over year atau y/y). Dalam hal ini, yang lebih berdampak adalah data m/m.


 

Output industri AS bulan Juni lalu naik 0.6%, lebih tinggi dari perkiraan naik 0.5% dan bulan sebelumnya yang turun 0.5%. Kenaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya produk kendaraan bermotor. Sementara untuk basis tahunan (y/y), Industrial Production naik 3.8%, tertinggi sejak bulan Juli 2014. Untuk bulan Juli 2018, diperkirakan Output industri AS m/m akan naik 0.3%, dan y/y akan naik 4.0%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung mendukung penguatan USD.

 

Data ini dirilis tiap minggu oleh Energy Information Administration (EIA) AS, dan disebut juga dengan Crude Stocks atau Crude Levels yang mengukur perubahan jumlah persediaan minyak mentah (dalam satuan barel) untuk industri di AS. Meski indikator ini dirilis oleh AS, tapi bisa berdampak juga pada CAD, mengingat impor sebagian minyak mentah AS berasal dari Kanada. Indikator ini juga akan mempengaruhi harga minyak di AS dan akan berdampak pada tingkat inflasi.


 

Minggu lalu, persediaan minyak untuk industri berkurang 1.50 juta barel, lebih tinggi dari perkiraan berkurang 2.80 juta barel, tetapi lebih rendah dari minggu sebelumnya yang bertambah 3.50 juta barel. Untuk minggu ini, persediaan minyak diperkirakan akan berkurang 2.60 juta barel. Jika persediaan minyak di AS lebih tinggi dari perkiraan, maka harga WTI/USD akan cenderung melemah karena diasumsikan permintaan akan berkurang. Sebaliknya jika lebih rendah dari perkiraan, maka harga WTI/USD akan cenderung menguat karena diasumsikan permintaan akan meningkat.

Namun demikian persediaan minyak di AS hanya salah satu faktor yang menggerakkan harga minyak dunia. Yang paling berdampak adalah kebijakan negara-negara penghasil minyak mengenai kuota produksi, pernyataan pejabat negara penghasil minyak, dan situasi politik di Timur Tengah. Rilis data persediaan minyak di AS tidak bisa dipastikan akan selalu mempengaruhi harga minyak dunia. Baca juga: Dampak Krisis Turki Memperburuk Outlook Harga Minyak

 

Keterangan : Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE