Menu

15 Juli 2021: Testimoni Powell Hari Kedua, GDP China, Job Australia

Martin

Data dan peristiwa berdampak hari ini adalah testimoni ketua The Fed Powell di hadapan Senate, GDP China, Employment Australia, Jobless Claims dan output industri AS.

Kamis, 15 Juli 2021

Employment Change mengukur perubahan jumlah tenaga kerja di Australia dibandingkan bulan sebelumnya. Jumlah tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh lapangan pekerjaan yang tersedia, dan merupakan indikator awal bagi pengeluaran konsumen yang menunjukkan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Data ini dirilis bersamaan dengan persentase perubahan tingkat pengangguran dibandingkan bulan sebelumnya. Angka pengangguran selalu diperhatikan oleh RBA guna menentukan target pertumbuhan dan kebijakan perubahan tingkat suku bunga.

Bulan Mei lalu, lapangan pekerjaan di Australia bertambah 115,200 jobs, jauh lebih tinggi dari perkiraan bertambah 30,500 jobs, dan menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2020. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 5.1%, lebih rendah dari perkiraan 5.5%, dan merupakan yang terendah sejak Februari 2020 (sebelum pandemi COVID-19 melanda Australia). Tingkat partisipasi bulan Mei 2021 berada pada angka 66.2%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 65.9%.

Untuk bulan Juni 2021, diperkirakan lapangan pekerjaan akan bertambah 19,700 jobs, sementara tingkat pengangguran diperkirakan tetap 5.1%. Hasil rilis data pertambahan lapangan kerja yang lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan akan cenderung menyebabkan AUD menguat.

 

GDP menyatakan nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam periode waktu tertentu, dan dianggap sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi yang biasanya diumumkan per kuartal. Di China, data ini dirilis oleh biro statistik nasional.

Rilis data berupa persentase perubahan dibandingkan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya (quarter per year atau q/y) dan perubahan per kuartal (quarter per quarter atau q/q). Data pertumbuhan China akan berdampak pada pasar karena pengaruh China pada perekonomian global yang cukup signifikan.

Sejak pertengahan 2013 hingga kuartal ketiga 2016, pertumbuhan ekonomi China (q/y) terus turun akibat perlambatan investasi di sektor manufaktur dan properti. Walaupun sempat rebound pada kuartal keempat tahun 2016, GDP China kembali turun pada tahun 2018.

Dengan adanya pandemi COVID-19, kuartal pertama tahun 2020 GDP China mengalami kontraksi hingga 6.8%. Namun setelah dibukanya kembali aktivitas ekonomi, ekonomi China berhasil pulih. Kuartal pertama tahun ini, GDP bahkan tumbuh hingga 18.3% y/y, sesuai dengan perkiraan dan merupakan rekor tertinggi sejak 1989. Sementara untuk basis per kuartal (q/q), GDP tumbuh 0.6%, terendah sejak kuartal pertama 2020 (ketika terjadi pandemi COVID-19). Pertumbuhan kuartal pertama 2021 disumbang oleh permintan domestik dan global.

Untuk kuartal kedua tahun 2021, diperkirakan GDP China q/y akan tumbuh 8.0%, sementara q/q diprediksi tumbuh 1.2%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung berdampak positif pada semua mata uang utama dunia.

 

Jobless Claims mengukur jumlah klaim tunjangan pengangguran selama minggu lalu, dan merupakan data fundamental paling awal yang berhubungan dengan jumlah tenaga kerja. Data Jobless Claims juga indikator awal bagi pengeluaran konsumen yang akan mempengaruhi tingkat inflasi.

Ada 2 data yang diperhatikan, yaitu Initial Jobless Claims dan Continuing Jobless Claims. Initial Jobless Claims mengukur jumlah mereka yang baru pertama kali menerima tunjangan pengangguran dan lebih berdampak. Oleh karenany, indikator Jobless Claims biasanya mengacu pada data Initial.

Minggu lalu, Jobless Claims AS bertambah 2,000 menjadi 373,000 klaim, lebih tinggi dari perkiraan 345,000 klaim. Sementara itu, klaim rata-rata dalam 4 minggu terakhir turun menjadi 394,500 klaim, terendah sejak Maret 2020 (ketika pandemi COVID-19 melanda AS).

Untuk minggu ini, diperkirakan klaim tunjangan pengangguran akan turun menjadi 350,000 klaim. Hasil rilis yang lebih rendah dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Industrial Production dirilis oleh The Fed dan disebut juga dengan Factory Output. Data ini mengukur perubahan volume output yang dihasilkan oleh sektor manufaktur, pertambangan, dan industri lainnya. Naik turunnya output produksi sangat bergantung pada siklus ekonomi, perubahan jumlah tenaga kerja, dan pendapatan konsumen.

Rilis data berupa persentase perubahan dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month over month atau m/m), dan perbandingan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (year over year atau y/y). Dari keduanya, yang dinilai lebih berdampak adalah data m/m.

Output industri AS bulan Mei lalu naik 0.8%, lebih tinggi dari perkiraan naik 0.6%, dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang naik 20.1%. Produksi sektor manufaktur dan industri di luar kendaraan bermotor mengalami kenaikan. Sementara dalam basis tahunan (y/y), Industrial Production naik 16.3%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang naik 17.6%.

Untuk bulan Juni 2021, diperkirakan output industri AS m/m akan kembali naik 0.6%, sementara y/y diperkirakan naik 12.2%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung mendukung penguatan USD.

 

Pada testimoni hari kedua, Jerome Powell dijadwalkan memberikan testimoni di hadapan Senate Banking Committee mengenai perkembangan dan outlook ekonomi AS terkini, serta arah kebijakan moneter The Fed.

Pada testimoninya di hadapan House Financial Services Committee kemarin, Powell dianggap dovish dengan menekankan bahwa kenaikan inflasi masih akan terjadi dan bersifat sementara, lapangan pekerjaan masih belum seperti yang diharapkan, dan tingkat pengangguran masih tinggi.

Acara testimoni Powell hari ini bisa dipantau secara live di sini, dan isi testimoninya bisa dibaca di sini.

 

Keterangan : Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE