Menu

15-16 Januari 2020: CPI Inggris Dan PPI AS

Martin

Data dan peristiwa berdampak hari ini adalah CPI Inggris, PPI dan persediaan minyak di AS, serta pidato Harker Fed dan Saunders BoE. Besok ada pidato Kaplan Fed.

Rabu, 15 Januari 2020:

Michael Saunders dijadwalkan berbicara dalam acara yang diadakan oleh South Eastern Regional College di Northern Ireland. Isi pidato Saunders bisa dibaca di sini.

 

CPI adalah pengukur utama tingkat inflasi yang selalu diperhatikan bank sentral sebagai pertimbangan utama dalam menentukan suku bunga. Ada 2 rilis yang diperhatikan, yaitu CPI total dan CPI inti (Core CPI) yang tidak memperhitungkan kategori makanan, minuman, serta energi (bahan bakar minyak dan gas). Data yang dirilis masing-masing untuk month over month (m/m) yang dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan year over year (y/y) yang dibandingkan dengan bulan sama pada tahun sebelumnya.

Dari semua jenis data CPI di atas, yang paling berdampak adalah CPI total y/y (inflasi tahunan) karena digunakan sebagai acuan oleh BoE. Disamping CPI, akan dirilis juga data Producer Price Index (PPI) dan Retail Price Index (RPI) yang hanya mengukur barang-barang konsumsi utama dan biaya sewa tempat tinggal (y/y). Namun, dampak CPI jauh lebih tinggi daripada kedua laporan tersebut.

Bulan November 2019 lalu, inflasi tahunan Inggris naik 1.5%, lebih tinggi dari perkiraan naik 1.4%, dan sama dengan bulan sebelumnya (terendah sejak bulan November 2016). Sementara untuk basis bulanan (m/m), CPI naik 0.2%, sesuai dengan perkiraan dan menjadi yang tertinggi dalam 3 bulan terakhir.

Naiknya inflasi tahunan bulan November disebabkan oleh meningkatnya harga rumah, makanan, bahan bakar, listrik, dan air. CPI inti bulan November 2019 y/y naik 1.7%, sesuai dengan perkiraan dan sama dengan bulan sebelumnya (tertinggi dalam 4 bulan).

Untuk bulan Desember 2019, diperkirakan CPI total y/y akan kembali naik 1.5%, m/m akan naik 0.2%, dan CPI inti y/y akan naik 1.7%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan GBP menguat.

 

Indikator ini mengukur perubahan harga di tingkat produsen dan akan mempengaruhi tingkat inflasi di Inggris.

Bulan November 2019 lalu, PPI m/m Inggris turun 0.3% (atau -0.3%), lebih rendah dari perkiraan stagnan atau 0.0%, tetapi menjadi yang tertinggi dalam 3 bulan terakhir. Sementara untuk y/y, data ini naik 0.5%, terendah sejak bulan Juli 2016.

Untuk bulan Desember 2019, diperkirakan PPI input m/m akan naik 0.2%, dan y/y naik 0.9%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung mendukung penguatan GBP.

 

Indikator yang juga disebut Finished Goods PPI atau Wholesale Prices ini mengukur inflasi di tingkat produsen, yaitu persentase perubahan harga barang dan jasa di tingkat produsen. Data ini akan mempengaruhi inflasi di tingkat konsumen karena kenaikan atau penurunan harga dari produsen pada akhirnya akan dibebankan ke konsumen. Kriteria PPI juga mencakup jasa konstruksi, belanja pemerintah, dan ekspor.

Ada 2 data yang dirilis, yaitu PPI total dan PPI inti (Core PPI) yang tidak termasuk harga makanan dan energi. Masing-masing data berupa rilisan untuk m/m (month over month) yang dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan y/y (year over year) yang dibandingkan dengan bulan sama pada tahun sebelumnya.

PPI total AS m/m bulan November 2019 lalu stagnan atau 0.0%, lebih rendah dari perkiraan naik 0.2%, dan lebih rendah dari bulan sebelumnya yang naik 0.4%. Sementara untuk basis tahunan (y/y), PPI total naik 1.1%, lebih rendah dari perkiraan naik 1.2%, dan sama dengan bulan sebelumnya (terendah sejak bulan Oktober 2016). PPI inti m/m turun 0.2% (atau -0.2%), lebih rendah dari perkiraan naik 0.2% dan dari perolehan bulan sebelumnya yang naik 0.3%.

Untuk bulan Desember 2019, baik PPI total m/m maupun PPI inti m/m diperkirakan naik 0.2%, dan PPI total y/y diproyeksi naik 1.3%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Data yang disebut juga dengan Crude Stocks atau Crude Levels ini dirilis tiap minggu oleh Energy Information Administration (EIA) AS, dan mengukur perubahan jumlah persediaan minyak mentah (dalam satuan barel) untuk industri di AS.

Meski indikator ini dirilis oleh AS, tapi bisa berdampak juga pada CAD mengingat impor sebagian minyak mentah AS berasal dari Kanada. Indikator ini juga akan mempengaruhi harga minyak di AS dan akan berdampak pada tingkat inflasi.

Minggu lalu, persediaan minyak untuk industri bertambah 1.16 juta barel, jauh lebih tinggi dari perkiraan berkurang 3.40 juta barel. Kenaikan stok minggu lalu adalah yang tertinggi dalam 6 minggu terakhir. Untuk minggu ini, persediaan minyak diperkirakan bertambah 1.50 juta barel.

Jika hasil rilis lebih tinggi dari perkiraan, maka harga WTI/USD akan cenderung melemah karena diasumsikan permintaan akan berkurang. Namun jika lebih rendah dari perkiraan, maka harga WTI/USD akan cenderung menguat karena diasumsikan permintaan akan meningkat.

Namun demikian, persediaan minyak di AS hanya salah satu faktor yang menggerakkan harga minyak dunia. Yang paling berdampak adalah kebijakan negara-negara penghasil minyak mengenai kuota produksi, pernyataan pejabat negara penghasil minyak, dan situasi politik di Tmur Tengah. Rilis data persediaan minyak di AS tidak bisa dipastikan akan selalu mempengaruhi harga minyak dunia.

Baca juga: Konflik AS-Iran Mendingin, Harga Minyak Tenggelam

 

Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia yang juga anggota FOMC, Patrick Harker, dijadwalkan berbicara mengenai normalisasi kebijakan moneter di Official Monetary and Financial Institutions Forum di New York. Isi pidato Harker bisa dibaca di sini.

 

Kamis, 16 Januari 2020:

Presiden Federal Reserve Bank of Dallas yang juga anggota FOMC, Robert Kaplan, dijadwalkan berbicara di Economic Club of New York. Isi pidato Kaplan bisa dibaca di sini.

 

Keterangan : Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE