Menu

26-27 Mei 2022: Notulen FOMC, GDP, Dan Core PCE Price Index AS

Martin

Data dan peristiwa berdampak hari ini adalah notulen FOMC, GDP dan Jobless Claims AS, serta testimoni gubernur RBNZ. Besok ada Core PCE Price Index AS.

Kamis, 26 Mei 2022

Notulen meeting FOMC dirilis 8 kali per tahun, sekitar 3 minggu setelah pengumuman suku bunga The Fed. Data ini mengungkapkan hasil akhir voting dan opini para anggota FOMC pada saat meeting. Perbedaan hasil voting dan pernyataan para anggota komite akan berdampak pada USD.

Pada meeting terakhir tanggal 4-5 Mei lalu, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 0.50% menjadi +0.75% hingga +1.00%. Kebijakan ini sesuai dengan perkiraan pasar, dan menjadi yang kedua kalinya secara beturut-turut. Kenaikan suku bunga tertinggi sejak tahun 2000 ini dilakukan untuk mengatasi lonjakan inflasi yang cepat.

Selain itu, bank sentral menyebutkan bahwa kenaikan yang berkelanjutan akan dilakukan dalam kisaran target yang sesuai. Ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan jika kenaikan sebesar 0.50% juga akan dilakukan pada beberapa pertemuan FOMC berikutnya. Lebih lanjut, The Fed akan mengurangi kepemilikan aset pada neracanya yang sebesar USD9 triliun mulai 1 Juni mendatang.

Pada proyeksi ekonomi, para pejabat bank sentral mencatat bahwa perang Rusia-Ukraina dan peristiwa terkait akan menimbulkan kenaikan inflasi yang lebih tinggi dan akan cenderung membebani kegiatan ekonomi. Selain itu, lockdown di China akibat pandemi COVID-19 akan memperburuk gangguan pasokan.

Notulen meeting tanggal 4-5 Mei 2022 bisa diunduh di sini. Jika opini dan pernyataan para anggota komite secara umum dianggap hawkish, maka USD akan cenderung menguat. Namun jika dianggap dovish, maka USD akan cenderung melemah.

 

Adrian Orr dijadwalkan memberikan testimoni di hadapan Finance and Expenditure Select Committee di Wellington. Isi pidato Orr bisa dibaca di sini.

 

Data yang dirilis oleh Biro Analisa Ekonomi AS ini selalu menjadi perhatian pasar karena sering terjadi revisi dari data sebelumnya. GDP menyatakan nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam periode waktu tertentu, dan dianggap sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi yang biasanya diumumkan per kuartal. Rilis data berupa persentase perubahan dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter over quarter atau q/q). Preliminary GDP adalah rilis kedua (second estimate) setelah Advance GDP.

Advance GDP AS kuartal pertama (q/q) yang dirilis pada 28 April lalu menunjukkan kontraksi 1.4% (atau -1.4%), jauh lebih rendah dari perkiraan tumbuh 1.1%, dan menjadi yang terendah sejak kuartal kedua 2020 (ketika pandemi COVID-19 melanda AS). Turunnya GDP tersebut disebabkan oleh merosotnya investasi, ekspor, pengeluaran pemerintah, dan defisit perdagangan yang mencapai rekor tertinggi.

Data Preliminary (second estimate) kuartal pertama 2022 (q/q) diperkirakan -1.3%. Jika hasil rilis lebih tinggi dari perkiraan, maka USD akan cenderung menguat.

 

Jobless Claims mengukur jumlah klaim tunjangan pengangguran selama minggu lalu, dan merupakan data fundamental paling awal yang berhubungan dengan jumlah tenaga kerja. Data Jobless Claims juga indikator awal bagi pengeluaran konsumen yang akan mempengaruhi tingkat inflasi.

Ada 2 data yang diperhatikan, yaitu Initial Jobless Claims dan Continuing Jobless Claims. Initial Jobless Claims mengukur jumlah mereka yang baru pertama kali menerima tunjangan pengangguran dan lebih berdampak. Oleh karena itu, indikator Jobless Claims biasanya mengacu pada data Initial.

Minggu lalu, Jobless Claims AS bertambah 21,000 menjadi 218,000 klaim, lebih tinggi dari perkiraan 200,000 klaim, dan merupakan yang tertinggi sejak akhir Januari lalu. Sementara itu, klaim rata-rata dalam 4 minggu terakhir naik menjadi 199,500 klaim, tertinggi sejak bulan Maret.

Untuk minggu ini, diperkirakan klaim tunjangan pengangguran akan turun menjadi 217,000 klaim. Hasil rilis yang lebih rendah dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Jumat, 27 Mei 2022

Data ini mengukur persentase perubahan harga barang dan jasa konsumen yang tidak memperhitungkan harga barang makanan dan energi. Agak berbeda dengan CPI, PCE Price Index hanya mengukur persentase perubahan harga di tingkat konsumen individual. Indikator ini penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi tingkat inflasi.

Bulan Maret lalu, Core PCE Price Index m/m naik 0.3% ke 121.36 index points (tertinggi sejak 1959), sesuai dengan perkiraan, dan merupakan persentase kenaikan terendah dalam 6 bulan terakhir. Dalam basis tahunan (y/y), data ini naik 5.2%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang naik 5.3%.

Untuk bulan April 2022, diperkirakan Core PCE Price Index m/m akan kembali naik 0.3%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

Keterangan : Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE