Menu

Analisa Emas 1-5 Oktober 2018: NFP AS Dan Pidato Powell

Martin

Harga emas kembali tertekan pasca kenaikan suku bunga The Fed dan rilis GDP AS. Dalam jangka pendek, diperkirakan emas masih akan melemah.

Analisa mingguan XAU/USD berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar hingga akhir minggu lalu (28 September 2018), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Pasca kenaikan suku bunga The Fed, indeks USD menguat dan bertengger di atas level 95, sehingga harga emas kembali merosot. Tekanan terhadap logam mulia terus berlanjut setelah hasil rilis data GDP AS kuartal kedua sesuai dengan perkiraan. Di akhir pekan, pelemahan harga emas tertahan di level USD 1,180 per Troy Ounce akibat aksi profit-taking dan kemelut anggaran di Italia yang berpotensi memperburuk perekonomian Eurozone.

Dalam jangka pendek, diperkirakan emas masih akan cenderung melemah menyusul pernyataan hawkish ketua The Fed Jerome Powell. Ia mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga sekali lagi dalam tahun ini dan 3 kali di tahun depan. Namun dalam jangka panjang, diperkirakan emas bisa menguat terbatas seiring dengan kenaikan inflasi dan risiko akibat perang dagang.

Untuk minggu ini, survei Kitco.com mengungkapkan bahwa mayoritas pemain besar yang sering disebut dengan Wall Street (institusi keuangan, hedge fund manager dsb) memperkirakan emas akan berlanjut bearish. Sementara mayoritas pemain individual yang sering disebut Main Street memperkirakan emas akan bullish.

Minggu ini akan kembali dirilis data tenaga kerja AS (Non Farm Payrolls, upah rata-rata dan tingkat pengangguran) yang bisa menentukan validitas kenaikan suku bunga Desember nanti. Di samping itu, akan ada pidato ketua The Fed Jerome Powell mengenai Outlook inflasi dan tenaga kerja AS.

Jika berlanjut melemah, support kuat emas ada pada level 1170 hingga 1160, sedangkan jika menguat, resistance kuat ada pada level 1210-1220.

 

Tinjauan Teknikal



klik gambar untuk memperbesar

Chart Daily:

Dari Price Action, terbentuk pola tweezer bottom / double bottom pada akhir pekan yang mengisyaratkan pergerakan bullish. Tetapi semua indikator tren (Moving Average, Bollinger Bands, Parabolic SAR, MACD dan ADX) tidak mendukung sinyal tersebut.

Meskipun hampir semua indikator teknikal memang bersifat lagging (terlambat dalam merespon pergerakan harga), tetapi dengan kombinasi beberapa indikator yang sejenis, probabilitasnya tetap bisa diandalkan. Dengan demikian, kami tetap memilih kemungkinan bearish, dengan support kuat pada level 1180:

  1. Harga berada di bawah kurva middle band indikator Bollinger Bands, dan titik indikator Parabolic SAR berada di atas bar candlestick.
  2. Kurva indikator MACD memotong kurva sinyal (warna merah) dan bergerak di bawahnya, dan garis histogram OSMA berada di bawah level 0.00.
  3. Kurva indikator RSI masih berada di bawah center line (level 50.0).
  4. Garis histogram indikator ADX berwarna merah yang menunjukkan sentimen bearish.

Level Pivot mingguan : 1192.03

Resistance : 1193.27 (level 38.2% Fibonacci Retracement) ; 1201.34 (23.6% Fibonacci Retracement) ; 1211.00 ; 1218.00 ; 1228.00 ; 1235.10 ; 1245.00 ; 1255.50 ; 1265.80 ; 1275.30 ; 1281.96 ; 1289.22 ; 1300.90 ; 1309.19 ; 1316.00 ; 1325.00 ; 1335.00 ; 1345.00 ; 1355.00 ; 1361.63 ; 1365.95 ; 1375.10 ; 1392.04 ; 1416.29 ; 1433.70.

Support : 1186.87 (50% Fibonacci Retracement) ; 1180.43 (61.8% Fibonacci Retracement) ; 1172.79 (76.4% Fibonacci Retracement) ; 1160.05 ; 1146.00 ; 1136.60 ; 1122.63 ; 1113.40 ; 1097.33 ; 1076.98.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 34 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).

Fibonacci Retracement :






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE