Menu

Analisa Rupiah 3-7 September 2018: NFP AS, Inflasi, Dan Cadev Indonesia

Martin

Pelemahan Rupiah minggu lalu adalah yang terendah sejak krismon tahun 1998. Minggu ini, akan ada data inflasi dan cadangan devisa Indonesia, serta NFP AS.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar minggu lalu (31 Agustus 2018), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Sempat menguat di awal pekan akibat efek pidato Powell di Jackson Hole, Rupiah kembali tidak berdaya melawan keperkasaan US Dollar. Mata uang Garuda ditutup melemah 0.62% pada level 14725, dibandingkan penutupan minggu sebelumnya yang 14635. Di antara mata uang negara-negara Asia yang melemah versus USD, depresiasi Rupiah berada di urutan kedua setelah Rupee India (INR).

Pelemahan minggu lalu sudah nyaris sama dengan bulan September 2015, yang merupakan level terendah sejak Indonesia dihantam krisis moneter (krismon) pada tahun 1998. Meski menurut para pengamat fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dari saat krismon '98, tapi penyebab kejatuhan Rupiah hampir tidak berbeda, yaitu capital outflow. Ini bisa dilihat dari anjloknya IHSG yang beriringan dengan pelemahan Rupiah.

Pengamat ekonomi asing berpendapat, pasar negara-negara berkembang sedang dilanda kekhawatiran menyusul krisis di Turki dan Argentina. Indonesia terimbas hal ini, karena termasuk dalam The Fragile Five di samping Turki, Brasil, India dan Afrika Selatan. Fundamental ekonomi Indonesia yang sehat dan bank sentral yang proaktif sebenarnya menyebabkan obligasi pemerintah Indonesia banyak diminati. Namun dengan kepemilikan asing yang hampir 40% dari seluruh obligasi negara, Indonesia dianggap sangat rentan terhadap gejolak di pasar global.

Bank Indonesia (BI) optimis akan ketahanan ekonomi Indonesia yang kuat. Dalam pernyataannya akhir pekan lalu, setelah Rupiah menembus 14700 per USD, gubernur BI mengesampingkan indikator atau tanda-tanda bahwa nilai tukar Rupiah akan bernasib sama dengan Lira Turki maupun Peso Argentina. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup bagus, inflasi rendah, dan kondisi stabilitas sistem keuangan juga terjaga. Pemerintah sudah komit untuk segera menekan Current Account Defisit (CAD) yang melebar. Sejumlah proyek termasuk infrastuktur yang sarat dengan bahan baku impor ditunda, dan sektor pariwisata sedang digenjot.

Untuk menjaga nilai tukar Rupiah dari pelemahan yang terlalu dalam, hingga minggu lalu BI masih terus melakukan intervensi di pasar uang, dan membeli SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder. Sebagian analis memperkirakan jika tekanan jual terus berlanjut, BI kemungkinan akan menaikkan suku bunga lagi.

Minggu ini akan dirilis data inflasi dan cadangan devisa (cadev) Indonesia bulan Agustus. Inflasi diperkirakan tidak banyak berubah, sementara cadev diperkirakan kembali turun ke USD118 miliar. Sementara itu, dari AS akan ada data tenaga kerja (Non Farm Payrolls, upah, dan tingkat pengangguran). Perkembangan isu perang dagang yang dilancarkan AS juga masih akan mempengaruhi sentimen investor.

Jika Rupiah berlanjut melemah, resistance kuat USD/IDR ada pada level 14784 hingga 14850, sedangkan jika menguat, support berada pada level 14660 hingga 14550.

 

Jadwal Rilis Data Fundamental:

Senin, 3 September 2018:


 


 


 

Kamis, 6 September 2018:


 

Jumat, 7 September 2018:


 

Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini: Non Farm Payrolls, upah rata-rata, pengangguran, ADP Non Farm, ISM Manufacturing dan Non Manufacturing, serta pidato Fed Williams.

 

Tinjauan Teknikal



klik gambar untuk memperbesar

Chart Daily : USD/IDR masih cenderung bullish (Rupiah masih cenderung melemah), menyusul terbentuknya pola candle three white soldiers :

Kecenderungan bullish didukung oleh:

  1. Harga berada dekat kurva upper band indikator Bollinger Bands, dan titik indikator Parabolic SAR masih berada di bawah bar candlestick.
  2. Kurva indikator MACD memotong kurva sinyal (warna merah) dan bergerak di atasnya, serta garis histogram OSMA berada di atas level 0.00.
  3. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bullish yang masih kuat.

Level Pivot mingguan : 14677.67

Resistance : 14761.00 (61.8% Fibo Expansion) ; 14784.00 (harga tertinggi 29 September 2015) ; 14857.00 (76.4% Fibo Expansion) ; 15000.00.

Support : 14688.00 (level 50% Fibo Expansion) ; 14662.00 ; 14611.00 (38.2% Fibo Expansion) ; 14540.00 ; 14488.00 ; 14440.00 ; 14388.00 ; 14298.00 ; 14210.00 ; 14171.00 ; 14106.00 ; 14038.00 ; 13983.00 ; 13923.00 ; 13845.00 ; 13795.00 ; 13736.00 ; 13693.00 ; 13624.00 ; 13538.00 ; 13485.00 ; 13400.00 ; 13362.00 ; 13314.00 ; 13263.00 ; 13212.64 ; 13171.00 ; 13082.00 ; 13048.00 ; 12990.00 ; 12899.00 ; 12800.00 ; 12754.00 ; 12623.00 ; 12560.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 55 ; Bollinger Bands (20,2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).

Fibonacci Expansion :

Titik 1: 13920.00 (harga terendah 20 Juni 2018).

Titik 2: 14560.00 (harga tertinggi 24 Juli 2018).

Titik 3: 14368.00 (harga terendah 27 Juli 2018).

 


Yoahanes Sigit

Pak Martin ysh.

Apakah tidak ada data capital outflow ya?

Mauliate

Martin S

@Yoahanes Sigit:
Bisa dilihat di data World Bank, disini.





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE