Menu

Analisa Rupiah 6 - 10 Juli 2015

A Muttaqiena

Setelah dibuka pada 13,439, kurs Rupiah pekan lalu bergerak menguat hingga sempat menyentuh 13,364 per Dolar AS. Namun demikian, masih kuatnya sentimen positif terhadap Dolar AS dan gonjang-ganjing masalah Yunani membuat Rupiah berbalik arah dan akhirnya ditutup pada 13,435 per Dolar AS di hari Jumat.

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Setelah dibuka pada 13,439, kurs Rupiah pekan lalu bergerak menguat hingga sempat menyentuh 13,364 per Dolar AS. Namun demikian, masih kuatnya sentimen positif terhadap Dolar AS dan gonjang-ganjing masalah Yunani membuat Rupiah berbalik arah dan akhirnya ditutup pada 13,435 per Dolar AS di hari Jumat. Sepanjang pekan lalu, belum ada kabar bagus dari dalam negeri, sedangkan perkembangan kondisi di luar negeri semakin tidak menentu.


Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi Indonesia pada bulan Juni kembali naik tipis dari 7.15% (yoy) menjadi 7.26% (yoy), atau dari 0.5% menjadi 0.54% secara month-to-month.

 

Data Inflasi Indonesia Juli 2014 - Juni 2015


Sementara itu, laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat tampil kurang memuaskan. Data perubahan ketenagakerjaan sektor swasta non-pertanian versi ADP menunjukkan peningkatan besar dari 218,000 ke 237,000. Namun demikian, data terpenting berdampak besar Nonfarm Payrolls malah meleset dari 254,000 ke 223,000. Meski agak mengecewakan, tetapi keyakinan pasar bahwa suku bunga the Fed akan dinaikkan pada bulan September masih bergeming.


Di sisi lain, ancaman terhadap pasar finansial Dunia kian meningkat dengan pelaksanaan referendum bailout Yunani di akhir pekan dan gejolak pasar finansial China. Telah diberitakan bahwa apabila rakyat Yunani menyatakan "no" pada persyaratan bailout yang diajukan Eurogroup, maka Yunani berpotensi pailit dan keluar dari kesatuan Euro. Sedangkan pasar saham China hingga pekan lalu masih bergerak naik-turun dengan volatilitas tinggi. Ketidakpastian akan reaksi pasar terhadap hasil referendum dan jungkat-jungkit di pasar China memberikan alasan bagi banyak pihak untuk melepas aset berisiko tinggi dan mencari safe haven (aset berisiko rendah). Akibatnya, berbagai mata uang dan indeks saham negara berkembang terus tertekan.

 

Fundamental Minggu Ini

Berbeda dengan hasil polling, referendum Yunani ternyata membuahkan kemenangan bagi para penentang Eropa. Pasar pun kembali bergejolak seiring reaksi para investor menanggapi komentar pejabat-pejabat penting sepanjang dini hari tadi. Meski sebelumnya menguat, tetapi pagi ini (6/7) kurs Rupiah dibuka anjlok pada 13,448 per Dolar AS


Pekan ini, isu seputar pemulihan ekonomi AS dan drama utang Yunani masih akan mewarnai pasar, dengan kemelut pasar China sebagai latar belakang. Dari Amerika Serikat akan dinantikan data indeks ISM Non-Manufaktur, neraca perdagangan, dan pidato ketua the Fed, Janet Yellen. Sedangkan Yunani akan menunggu tanggapan formal Uni Eropa dan ECB untuk melihat apakah ada kemungkinan negosiasi dibuka kembali, ataukah malah mendorong Yunani untuk keluar dari kesatuan ekonomi-politik Euro. Sedangkan dari Indonesia, rilis data minor laporan penjualan ritel Bank Indonesia diprediksi takkan berdampak berarti pada pergerakan di pasar.

 

Prediksi Rupiah Minggu Ini

Proyeksi Rupiah saat ini netral, meski masih dalam kondisi terdepresiasi. Dengan asumsi volatilitas masih tetap tinggi, posisi kurs Rupiah dalam beberapa hari mendatang kemungkinan akan berkisar diantara level support dan resisten yang telah tercipta pekan lalu, yaitu antara 13,388-13,523 per Dolar AS.

 

Chart USD/IDR dengan indikator EMA-20, EMA-60, EMA-100, Fibonacci Retracement, dan MACD


Terdapat indikasi Rupiah akan terkonsolidasi di levelnya sekarang. Apabila itu terjadi, maka akan memantapkan posisi kurs Rupiah pada level 13,500an per Dolar AS, kondisi terlemahnya sejak masa krisis tahun 2008. Namun jika ketidakpastian di pasar dunia mereda, maka Rupiah berpotensi merunut balik ke posisi yang lebih kuat.

 






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE