Menu

Analisa Rupiah Mingguan: NFP AS Dan CPI Indonesia

Martin

Minggu lalu, Rupiah ditutup stagnan dengan kecenderungan menguat. Minggu ini, pergerakan Rupiah akan dipengaruhi oleh data inflasi Indonesia dan tenaga kerja AS.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar minggu lalu (28 Desember 2018), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Mengakhiri tahun 2018 minggu lalu, Rupiah ditutup stagnan pada level 14555 per US Dollar, hampir sama dengan harga penutupan minggu sebelumnya yang 14550. Sepanjang tahun 2018, mata uang Garuda telah mengalami depresiasi sebesar 7.5% versus USD, jika dibandingkan dengan harga pembukaan awal tahun yang 13540.

Minggu lalu, Rupiah hanya diperdagangkan selama tiga hari akibat libur Natal dan cuti bersama. Sempat melemah hingga level 14603 akibat rebound-nya indeks USD pasca libur Natal, Rupiah berbalik menguat seiring dengan naiknya IHSG di akhir tahun. Hal ini biasanya disebabkan oleh window dressing dari para emiten dan manajer investasi.

Namun demikian, penguatan Rupiah paling utama disebabkan oleh kembali anjloknya indeks USD akhir pekan lalu, akibat akumulasi masalah dalam negeri AS, yakni government shutdown yang masih berlangsung, konflik antara presiden Trump dan The Fed, juga rencana pelarangan penggunaan produk Huawei di AS.

Faktor yang juga penting dalam mendukung penguatan mata uang Garuda minggu lalu adalah merosotnya harga minyak dunia hingga ke level terendah 19 bulan. Turunnya harga minyak akan berpotensi mengurangi defisit transaksi berjalan (Current Account) kuartal keempat tahun ini.

Di minggu pertama awal tahun 2019, akan ada rilis data penting, baik dari dalam negeri maupun dari AS. Dari dalam negeri akan dirilis data inflasi (CPI) bulan Desember, sementara dari AS akan ada data tenaga kerja (Non Farm Payrolls, upah, dan tingkat pengangguran). NFP dan upah diperkirakan lebih baik dari bulan sebelumnya, sementara inflasi Indonesia bulan Desember y/y diperkirakan naik 3.60%. Target inflasi Bank Indonesia (BI) untuk tahun ini adalah 3.5% dengan deviasi plus minus 1%.

Jika berlanjut menguat, support kuat USD/IDR ada di sekitar level 14450. Sementara jika melemah, resistance ada pada level 14650.

Jadwal Rilis Data Fundamental:

Rabu, 2 Januari 2019:

 

 

 

Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini: pidato Powell, Non Farm Payrolls, upah, tingkat pengangguran, ISM Manufacturing PMI, ADP Non Farm, dan pidato Fed Bostic.

Tinjauan Teknikal


Chart Daily:

Dalam jangka pendek, kemungkinan akan terjadi koreksi bearish pada USD/IDR (Rupiah menguat). Hal ini didukung oleh:

  1. Kurva indikator RSI yang selalu gagal menembus center line (level 50.0) pada saat terjadinya divergensi bullish .
  2. Terbentuk pola double top yang mengisyaratkan kemungkinan pergerakan bearish.
  3. Titik indikator Parabolic SAR berada di atas bar candlestick.
  4. Garis histogram indikator ADX berganti warna merah, yang menunjukkan sentimen bearish.

Dalam jangka menengah, harga masih cenderung bullish (Rupiah cenderung melemah). Kondisi ini didukung oleh posisi harga di atas kurva SMA 200-day , middle band Bollinger Bands, serta kurva indikator MACD yang masih berada di atas kurva sinyal (warna merah). Garis histogram OSMA juga masih berada di atas level 0.00.

Level Pivot mingguan : 14503.33

Resistance : 14603.00 ; 14650.00 ; 14723.00 (level 38.2% Fibo Retracement) ; 14785.00 ; 14840.00 ; 14929.83 (23.6% Fibo Retracement) ; 15000.00 ; 15050.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.

Support : 14500.00 ; 14465.00 ; 14388.98 (61.8% Fibo Retracement) ; 14330.00 ; 14285.00 ; 14205.00 ; 14106.00 ; 14038.00 ; 13983.00 ; 13923.00 ; 13845.00 ; 13795.00 ; 13736.00 ; 13693.00 ; 13624.00 ; 13538.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 144 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).

Fibonacci Retracement :






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE