Menu

Indeks Dolar Jelang NFP: Bias Jangka Pendek Masih Positif

Buge Satrio

Menjelang rilis data NFP, bias short-term Indeks Dolar masih positif, meski klaim pengangguran dan laporan ADP AS menunjukkan dampak buruk lockdown akibat wabah corona.

Tidak seperti dua pekan sebelumnya ketika Indeks Dolar atau DXY melaju deras menembus level psikologis 100.00 hingga kemudian nyaris menabrak 103.82 (High Januari 2017), tren positif DXY dalam empat hari terakhir seolah menyiratkan kehati-hatian pelaku pasar. Namun, Dolar AS masih tetap menjadi aset safe-haven yang diincar investor, di tengah krisis global pandemi Covid-19 yang melumpuhkan ekonomi dunia.

Histori pergerakan harga indeks menunjukkan dominasi Dolar AS versus beberapa mata uang utama lainnya, meskipun klaim pengangguran atau Jobless Claims AS menanjak drastis menembus angka 6 juta orang. Ini adalah rekor terbaru sepanjang masa dari klaim pengangguran AS, akibat lockdown di sejumlah kota-kota besar yang memicu gelombang PHK.

Begitu pun setelah publikasi laporan Automatic Data Processing Inc. (ADP), DXY tetap melaju positif secara perlahan. Sebagai informasi, laporan tersebut menyebutkan bahwa perekrutan tenaga kerja di sektor swasta AS menyusut tajam dengan angka jauh di bawah data bulan sebelumnya.

Nah, bagaimana prospek data Non-farm Payroll (NFP) yang akan dirilis malam nanti (19:30 WIB)? Dari dua data sebelumnya (Jobless Claims dan laporan ADP), prospeknya tampak suram. Ekonom memperkirakan NFP turun dengan angka minus 100K, turun tajam di bawah data yang dirilis bulan sebelumnya (273K). Lantas apakah DXY masih sanggup mendaki? Sepertinya begitu, setidaknya untuk saat ini ia masih bergerak di atas DMA-30 (Daily Moving Average periode 30).

Namun, market talks juga menyebut kekhawatiran investor atas perkembangan terbaru Covid-19 yang melanda AS. Mengutip worldometers.info hingga pukul 14:27 WIB pada hari ini (03/April), jumlah kematian akibat virus corona di AS menembus angka 6 ribu jiwa, menempati posisi ketiga setelah Spanyol dan Italia. Sementara itu, kasus positif Covid-19 di AS sudah melampaui 240 ribu orang. Ini adalah yang terburuk di antara negara-negara lainnya di dunia.

Meski begitu, sejumlah analis Barat mengatakan, risk aversion masih berlanjut dan DXY akan melaju positif secara terbatas. Mengapa? Posisinya sebagai aset safe-haven akan tergeser oleh Yen Jepang, Franc Swiss, dan emas (XAU/USD). Artinya, USD/JPY berisiko downside, begitu pula USD/CHF. Di lain pihak, XAU/USD berisiko upside. Akan tetapi, EUR/USD dan GBP/USD tidak serta merta dapat mengambil keuntungan dari pergeseran risk aversion tersebut, kecuali apabila Uni Eropa membuat gebrakan stimulus fiskal yang saat ini sangat dinanti-nanti pelaku pasar, untuk mendorong sentimen terhadap aset berisiko.

 

Kajian Teknikal Indeks Dolar

Pada grafik Daily di bawah ini, pergerakan DXY adalah seperti yang saya bayangkan pada pekan sebelumnya, saat indeks terkoreksi turun tapi kemudian memantul dari area Fibo Retracement 50 persen. Namun, price action yang terjadi dalam 4 hari terakhir mencerminkan kehati-hatian investor, dengan akselerasi di atas level psikologis 100.00 yang cenderung tampak "santai".

 

Selanjutnya, apabila kita mengubah setup Fibo Retracement menjadi seperti di bawah ini, maka kita akan akan bisa menyimpulkan bahwa bullish continuation DXY membutuhkan momentum atau breakout tegas di atas 101.20 (61.8 persen). Jika skenario ini terpenuhi, maka kemungkinan kita masih akan menyaksikan EUR/USD untuk sekali lagi turun menguji 1.07 dan 1.06, sementara GBP/USD berisiko kembali tergerus di bawah 1.20.

Indeks Dolar yang mengukur kinerja US Dollar terhadap enam mata uang utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF) berada di level 100.53 pada pukul 15:22 WIB, atau lebih tinggi 0.42 persen dari penutupan sebelumnya.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE