Menu

Libya Kembali Bergejolak, Harga Minyak Merangkak Naik

Rama Anandhita

Harga minyak mencoba terus merangkak naik di tengah memanasnya tensi politik di Libya.

Analisa Fundamental

Harga minyak melonjak mendekati level $60 per barel setelah dua ladang minyak mentah terbesar di Libya ditutup akibat adanya blokade militer. Dua faksi yang bertentangan di negara tersebut berusaha mengklaim haknya untuk memimpin Libya selama lebih dari lima tahun. Akibatnya, National Oil Corporation (NOC) mengatakan bahwa dua ladang minyak terbesarnya di barat daya sudah ditutup pada Minggu (19/Januari), karena pasukan Tentara Nasional Libya menutup saluran pipa minyak.

NOC juga menambahkan jika ekspor dihentikan selama periode yang berkelanjutan, tangki penyimpanan akan terisi dalam beberapa hari dan produksi minyak akan melambat menjadi 72,000 barel per hari. Sebagai informasi, baru-baru ini produksi minyak Libya mencapai sekitar 1.2 juta barel per hari.

Di hari yang sama, negara-negara asing juga sepakat untuk melakukan pertemuan tingkat tinggi di Berlin. Tujuannya tak lain adalah agar kedua belah pihak saling menghormati gencatan senjata di tengah aksi blokade terbaru.

"Kedua belah pihak telah sepakat bahwa gencatan senjata sementara di Tripoli (selama sepekan terakhir) harus diubah menjadi gencatan senjata permanen, sehingga memungkinkan berlangsungnya proses politik", ungkap Kanselir Jerman, Angela Merkel.

 

Analisa Teknikal

Harga minyak berusaha mendekati level psikologis $60 barel. Indikator SMA-20 yang berada di atas SMA-50 mengindikasikan bahwa harga minyak tengah berada dalam tren bullish. Tren positif ini diperkirakan masih akan berlanjut, terutama jika harga terus bertahan di atas area Support 59.02-58.80.

 

Rekomendasi






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE