Menu

Memasuki 2020, Harga Minyak Rawan Aksi Profit Taking

Rama Anandhita

Memasuki awal tahun 2020, harga minyak dibayangi aksi profit taking. Meski secara fundamental tampak menguat, tetapi analisa teknikal menunjukkan peluang entry Sell.

Analisa Fundamental

Harga minyak diperdagangkan menguat karena tensi perdagangan AS-China mulai mereda. Presiden Trump diketahui akan menandatangani pakta dagang AS-China Fase Satu pada 15 Januari mendatang.

Selain itu, penguatan emas hitam ini juga disebabkan oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, setelah AS melakukan serangan udara terhadap kelompok milisi Katib Hezbollah yang didukung Iran. Serangan tersebut memicu terjadinya aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar AS di Baghdad pada Rabu (1/Januari).

Pada awal tahun ini juga, OPEC dan para aliansinya sepakat untuk kembali mengurangi pasokan minyak sebanyak 500,000 barel per hari, terhitung sejak 1 Januari 2020.

Penurunan persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu turut menopang harga minyak. Menurut data dari American Petroleum Institute (API), persediaan minyak mentah AS dilaporkan turun 7.8 juta barel. Padahal, para pelaku pasar mengekspektasikan penurunan sebesar 3.2 juta barel.

 

Analisa Teknikal

Meski secara fundamental harga minyak tampak menguat, tetapi indikator EMA-20 yang masih berada di bawah EMA-50 mengindikasikan bahwa minyak tengah bergerak bearish. Di samping itu, pergerakan harga minyak yang terus bertahan di bawah area Resistance 61.62-62.11 juga diperkirakan dapat memicu aksi jual lebih lanjut.

 

Rekomendasi






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE