Menu

Menguat Pasca BI Rate, Rupiah Terancam Tensi Perang Dagang AS-China

Martin

Minggu lalu, Rupiah ditutup menguat setelah BI menurunkan suku bunga acuan. Minggu ini, perkembangan perang dagang AS-China, GDP, dan PCE Price Index AS akan menjadi katalis.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga pentupan pasar minggu lalu (23 Agustus 2019), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Awal pekan lalu, Rupiah sempat melemah hingga menyentuh level 14275.00 per USD akibat kekhawatiran akan resesi global. Namun, mata uang ini berbalik menguat dan ditutup pada level 14212.50 setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi +5.50%. Di akhir pekan, Rupiah ditutup pada level 14212.50 per USD, atau menguat tipis 0.16% dibandingkan harga penutupan minggu sebelumnya.

Keputusan BI yang di luar perkiraan pasar tersebut diambil guna mendorong pertumbuhan sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global, di tengah masih rendahnya tingkat inflasi. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa meski suku bunga turun, tapi imbal hasil investasi aset keuangan domestik masih menarik. Hal ini tampak dari berlanjutnya aliran modal asing seiring dengan persepsi positif investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Meski demikian, meningkatnya tensi perang dagang antara AS-China serta kekhawatiran terjadinya perang mata uang (currency war) yang lebih luas bisa berdampak negatif pada mata uang negara-negara sedang berkembang, termasuk Rupiah.

Secara fundamental, minggu ini Rupiah akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan perang dagang pasca pengumuman kenaikan tarif oleh China terhadap produk AS. Dari dalam negeri, tidak ada rilis data ekonomi penting. Sementara dari AS, akan ada data GDP kuartal kedua (second estimate) dan Core PCE Price Index bulan Juli.

 

Jadwal Rilis Data Fundamental

Rabu, 28 Agustus 2019:

 

Jumat, 30 Agustus 2019:


Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini: Preliminary GDP, Core PCE Price Index, Durable Goods Orders, kepercayaan konsumen versi CB, Chicago PMI, pidato Fed Bullard.

 

Tinjauan Teknikal

 

Chart Daily:

USD/IDR berkonsolidasi dengan membentuk pola segitiga. Dari penunjukan indikator trend, pergerakan pair ini cenderung bearish, atau Rupiah cenderung menguat. Support kuat ada pada kurva EMA 89 dan garis support pola segitiga.

  1. Harga berada di bawah kurva SMA 200-day yang merupakan acuan arah trend.
  2. Titik indikator Parabolic SAR berada di atas bar candlestick.
  3. Kurva indikator MACD berada di bawah kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di bawah level 0.00.

Jika ingin konfirmasi, sell setelah harga berada di bawah kurva middle band indikator Bollinger Bands, dan kurva indikator RSI juga telah berada di bawah center line (level 50.0).

Level Pivot mingguan: 14224.17

Resistance: 14281.80 (level 61.8% Fibo Retracement) ; 14298.00 ; 14355.00 ; 14435.00 ; 14475.00 ; 14525.00 ; 14600.00 ; 14650.00 ; 14721.83 ; 14785.00 ; 14930.00 ; 15050.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.

Support: 14206.69 (50% Fibo Retracement) ; 14185.00 ; 14131.57 (38.2% Fibo Retracement) ; 14038.43 (23.6% Fibo Retracement) ; 14000.00 ; 13950 ; 13889.00 ; 13835 ; 13736.00 ; 13670.63 ; 13469.67 ; 13400.00 ; 13362.00 ; 13314.00 ; 13263.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 89 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14).

Fibonacci Retracement :






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE