Menu

Menyikapi Kinerja IHSG Di Bulan September

Aditya Putra

Tidak terasa, kita sudah memasuki bulan September. Bagaimana kondisi Market di bulan ini? Saham-saham apa sajakah yang bisa diperhatikan? Ikuti ulasannya berikut ini.

Hello, kita mencoba membahas mengenai arah market akan seperti apa di bulan September ini, tentunya berdasarkan data historikal dan sentimen penopang di marketnya.



Historikal: Dalam 10 tahun terakhir, kinerja IHSG dapat dikatakan di bulan September gak bagus-bagus amat. Hal ini dapat terlihat bahwa probabilitas naik/turun Indeks hanya sekitar 40% yang artinya cukup lemah. Dengan kata lain strategi yang bisa dilakukan investor, bisa beli di harga discount (September) dan jual di bulan depannya (Oktober).

Ekonomi: Secara teknikal, resesi ekonomi terjadi bila pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan di tahun ini resesi ekonomi akan terjadi karena kondisi di kuartal III-2020.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 sebesar 2.97% year on year (yoy). Kemudian, di kuartal II-2020 minus 5.32% yoy. Dan kemudian, resesi ekonomi akan ditentukan oleh realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020. Menkeu sendiri mengatakan, Di kuartal III-2020 masih mengalami negative growth , bahkan di kuartal IV-2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral.

 

Analisa Sektoral


Sumber: Fidelity

Asumsi: Anggaplah kuartal-III nanti ekonomi kita masih negatif dan probabilitas kenaikan Indeks juga masih rendah. Maka sektor apa yang sebaiknya kita pilih dan perhatikan? Patut di ingat kenaikan Indeks sejalan fundamental makro dan mikronya. Maka kita bisa memilih sektor seperti Consumer Staples, Healthcare, dan sedikit sektor energi atau komoditas.

Kenapa energi dan komoditas? Karena hal ini berkaitan dengan growth yang terjadi di sisi ekternal, beberapa negara mulai terlihat adanya perbaikan Indeks bisnisnya secara bulanan yang artinya aktivitas ekonomi mulai menggelliat dan kebutuhan akan komoditas akan meningkat di atas rata-rata tiga bulan terakhir.

 

Saham-saham Yang Dapat Diperhatikan

Sumber: Diolah, Stockbit

Katalis Saham

BBCA: Perseroan masih optimistis bisa mencatat pertumbuhan 1%-2% hingga akhir tahun, ditambah stimulus pemerintah ke sektor perbankan saat ini, dan BBCA memiliki cost of fund yang paling murah dibanding saham bank BUKU-IV lainnya.

ASII: Astra Internasional menjaga market share penjualan mobil saat ini sekitar 53% di 2020.

ICBP: Subsidi gaji tambahan kepada para pekerja. Kebijakan ini diharapkan bisa meningkatkan daya beli masyarakat.

CPIN: Menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1.5 triliun hingga akhir tahun ini.

GGRM: Subsidi gaji tambahan kepada para pekerja. Kebijakan ini diharapkan bisa meningkatkan daya beli masyarakat.

UNTR: Segmen bisnis emas akan menjadi pendorong pertumbuhan laba bersih UNTR tahun 2021, seiring tren harga emas yang meningkat.

ACES: Perusahaan ritel home appliances ini akan menambah tiga gerai baru lagi hingga akhir tahun nanti. Sampai saat ini, Ace Hardware telah menyerap belanja modal Rp 90 miliar.

PWON: Murah secara valuasi dan hutang cukup rendah jika dibandingkan dengan emiten sektor propert lainnya. Likuiditas cukup aman.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE