Menu

Pasca BI Rate, Sentimen Eksternal Akan Tentukan Pergerakan Rupiah

Martin

Pelemahan Rupiah minggu lalu tertahan oleh kebijakan BI terutama penurunan Giro Wajib Minimum Rupiah untuk Bank Umum. Minggu ini, perkembangan kesepakatan dagang AS-China akan menjadi katalis.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan minggu lalu (22 November 2019), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Setelah melemah tiga hari berturut-turut di awal pekan, Rupiah berbalik menguat di akhir pekan sebelum ditutup pada 14085 per USD, atau melemah tipis 0.09% dibandingkan harga penutupan minggu sebelumnya. Pelemahan mata uang Garuda minggu lalu seiring dengan mayoritas mata uang Asia yang juga melemah. Meski demikian, Rupiah masih menjadi mata uang terbaik Asia keempat setelah Baht, Dollar Hong Kong, dan Yen Jepang.

Faktor utama pelemahan sebagian besar mata uang Asia termasuk Rupiah adalah ketidakpastian kesepakatan dagang antara AS dan China. Kekhawatiran akan kemungkinan gagalnya perundingan dagang menyebabkan investor melepas asset berisiko di Asia, terutama setelah demo di Hong Kong semakin panas. Aksi jual tidak hanya pada Rupiah, tetapi juga saham-saham di BEI yang menyebabkan IHSG terkoreksi.

Pelemahan Rupiah terhenti setelah BI mempertahankan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) di level 5.00%, dan memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah sebesar 50 basis poin (bps) yang berlaku per Januari tahun depan. Kebijakan penurunan GWM tersebut direspon positif oleh pasar karena akan menambah ketersediaan likuiditas untuk meningkatkan pembiayaan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Minggu ini, tidak ada rilis data penting dari dalam negeri, sementara dari AS akan ada data GDP, kepercayaan konsumen, dan Core PCE Price Index. Diperkirakan, faktor eksternal masih akan menentukan pergerakan Rupiah, terutama yang berkenaan dengan perkembangan berita kesepakatan dagang AS-China dan demo di Hong Kong.

Secara teknikal, Rupiah masih cenderung melemah dengan resistance antara level 14105 hingga 14129.


Jadwal Rilis Data Fundamental

Kamis, 28 November 2019:

Jam 17:00 WIB: data pertumbuhan kredit bulan Oktober 2019 year over year (y/y): bulan sebelumnya: +7.89%. Perkiraan: +6.80%.

 

Jumat, 29 November 2019:

Data berdampak dari AS minggu ini: GDP, kepercayaan konsumen versi CB, Chicago PMI, dan Core PCE Price Index.

 

Tinjauan Teknikal

Chart Daily:

USD/IDR masih cenderung bullish (Rupiah cenderung melemah) dengan resistance kuat pada kurva EMA 89. Kecenderungan ini didukung oleh penunjukan indikator trend dan momentum sebagai berikut:

  1. Harga berada dekat kurva upper band indikator Bollinger Bands, dan titik indikator Parabolic SAR masih berada di bawah bar candlestick.
  2. Kurva indikator MACD berada di atas kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di atas level 0.00.
  3. Kurva indikator RSI masih berada di atas center line (level 50.0).
  4. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bullish yang masih kuat.

Level Pivot mingguan: 14093.00

Resistance: 14105.00 ; 14128.97 (50% Fibo Retracement) ; 14182.45 (61.8% Fibo Retracement) ; 14217.00 ; 14247.50 (level 76.4% Fibo Retracement) ; 14280.00 ; 14312.00 ; 14355.00 ; 14435.00 ; 14475.00 ; 14525.00 ; 14600.00 ; 14650.00 ; 14721.83 ; 14785.00 ; 14930.00 ; 15050.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.

Support: 14076.34 (38.2% Fibo Retracement) ; 14050.00 ; 14010.62 (23.6% Fibo Retracement) ; 14000.00 ; 13985.00 ; 13967.50 ; 13905.00 ; 13835 ; 13720.60 ; 13571.50 ; 13477.80 ; 13401.60 ; 13328.84 ; 13263.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 89 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).

Fibonacci Retracement :






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE