Menu

Pasca Pemotongan Suku Bunga BI, Rupiah Masih Cenderung Melemah

Martin

Minggu lalu, Rupiah melemah karena kekhawatiran investor akan resesi global akibat virus corona, yang bisa berdampak pada Indonesia. Minggu ini, isu corona dan GDP AS akan menjadi katalis.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan tanggal 21 Februari 2020, serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Minggu lalu, Rupiah kembali ditutup melemah pada level 13765.00 per USD, atau mengalami depresiasi sebesar 0.66% dibandingkan harga penutupan minggu sebelumnya. Pelemahan 4 hari secara beruntun tersebut menyebabkan kinerja Rupiah menjadi yang terburuk di antara mata uang negara-negara Asia.

Seperti halnya mayoritas mata uang Asia, depresiasi mata uang Garuda terutama disebabkan oleh kekhawatiran investor akan terjadinya resesi global akibat wabah virus corona. Potensi resesi yang akan terjadi di China, Jepang, Zona Euro, Singapura, dan Korea Selatan diperkirakan akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

Sebagai antisipasi, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan atau BI-7 Day Repo Rate sebesar 0.25% ke level +4.75%. Langkah BI tersebut sempat membuat Rupiah menguat, sebelum akhirnya kembali melemah akibat sentimen risk aversion yang menyebabkan mata uang safe haven USD menguat. Selain itu, pelemahan Rupiah juga disebabkan oleh neraca perdagangan bulan Januari yang kembali defisit sebesar USD0.87 miliar, jauh lebih buruk dari bulan sebelumnya yang defisit USD0.062 miliar.

Minggu ini tidak ada rilis data penting dari dalam negeri. Isu perkembangan virus corona masih akan mendominasi pergerakan Rupiah dan mata uang Asia lainnya. Secara teknikal, Rupiah masih cenderung melemah dengan resistance kuat pada level 13800.

 

Jadwal Rilis Data Fundamental

Kamis, 27 Februari 2020:

 

Jumat, 28 Februari 2020:

Data berdampak dari AS minggu ini: GDP, indeks kepercayaan konsumen versi CB, Durable Goods Orders, dan Core PCE Price Index.

 

Tinjauan Teknikal

Chart Daily:

Dari penunjukan indikator trend dan momentum berikut ini, pergerakan USD/IDR masih cenderung bullish (Rupiah masih cenderung melemah):

  1. Penutupan harga terakhir berada di atas kurva middle band indikator Bollinger Bands, dan di atas kurva support EMA 34.
  2. Titik indikator Parabolic SAR masih berada di bawah bar candlestick.
  3. Kurva indikator MACD masih berada di atas kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di atas level 0.00.
  4. Kurva indikator RSI berada di atas center line (level 50.0)
  5. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau yang menunjukkan sentimen bullish.

Resistance ada pada sekitar level 13800 hingga 13850, support kuat pada level 13700 (sekitar 23.6% Fibo Retracement).

Level Pivot mingguan: 13731.33

Resistance: 13786.12 (38.2% Fibo Retracement) ; 13852.41 (50% Fibo Retracement) ; 13918.69 (61.8% Fibo Retracement) ; 13967.00 ; 14002.00 (76.4% Fibo Retracement) ; 14045.00 ; 14080.00 ; 14135.00 ; 14180.00 ; 14217.00 ; 14280.00 ; 14312.00 ; 14355.00 ; 14435.00 ; 14475.00 ; 14525.00 ; 14600.00 ; 14650.00 ; 14721.83 ; 14785.00 ; 14930.00 ; 15050.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.

Support: 13704.87 (23.6% Fibo Retracement) ; 13650.00 ; 13624.00 ; 13572.50 ; 13543.50 ; 13500.00 ; 13489.43 ; 13400.00 ; 13328.84 ; 13263.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 34 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; RSI (14) ; ADX (14).

Fibonacci Retracement :






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE