Menu

Perbedaan Kebijakan BoJ Dan ECB

Martin

Wabah deflasi sama-sama menyerang Jepang dan kawasan Euro. Tampak perbedaan kebijakan antara BoJ dan ECB. Tindakan BoJ jelas dan tegas, dan hasilnya memang seperti yang diharapkan. Sebaliknya pendekatan verbal oleh ECB tidak efektif dan tindakan yang diambil pada akhirnya juga kurang berarti.

Mata uang Yen dan Euro menghadapi masalah yang sama, tetapi cara bank sentral masing-masing negara mengatasi masalah tersebut telah menyebabkan nilai tukar pasangan kedua mata uang ini cenderung turun. EUR/JPY terus merosot sejak Maret lalu dari level tertingginya 143.77 hingga 137.20 per 5 Agustus kemarin. Wabah deflasi sama-sama menyerang Jepang dan kawasan Euro. Jepang jauh lebih dulu mengalami masalah ini tetapi Bank of Japan (BoJ) mempunyai pendirian dan rencana yang jelas, diikuti oleh tindakan nyata yang tidak berlebihan.

Tahun lalu BoJ menggelontorkan trilliunan Yen untuk membeli bond. Kebijakan stimulus yang masif tersebut memang mengejutkan tetapi hasilnya tampak seperti yang diharapkan dengan angka inflasi tahunan saat ini yang naik 3.6% (per Juni 2014). Dampaknya adalah devaluasi nilai mata uang Yen. Hampir sepanjang tahun lalu JPY melemah terhadapUSD, GBP dan juga EUR.

Sebaliknya bank sentral kawasan Euro melakukan hal yang berbeda, European Central Bank (ECB) lebih ke pendekatan verbal (dengan kata-kata secara lisan) dan hanya bertindak jika memang sangat diperlukan. Presiden ECB Mario Draghi telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan pernyataan atau komentar agar nilai tukar Euro melemah. Beberapa kali ia mengatakan ECB telah siap dan akan segera bertindak jika diperlukan, namun tanpa tindakan nyata. Setelah tingkat inflasi mencapai angka yang cukup kritis Juni lalu, Draghi baru bertindak dengan memangkas suku bunga, tetapi belum seperti apa yang diharapkan pasar.

Disini tampak perbedaan kebijakan antara kedua bank sentral tersebut. Tindakan BoJ jelas dan tegas, dan hasilnya memang seperti yang diharapkan. Sebaliknya pendekatan verbal oleh ECB tidak efektif dan tindakan yang diambil pada akhirnya juga kurang berarti. Selain nilai tukar Euro yang masih sempat menguat pasca turunnya suku bunga, tingkat inflasi juga kembali turun hingga 0.4%.

Setelah Kuroda dan kawan-kawan menaikkan pembelian asset hingga 70 trilliun Yen, pasar memperkirakan BoJ tidak akan bertindak lebih jauh lagi, dan hal ini akan cenderung memperkuat nilai tukar Yen atau paling tidak bisa bertahan pada level saat ini. Sebaliknya pasar mengharapkan ECB untuk bertindak lebih jauh dan lebih cepat dengan menerapkan program stimulus dan mulai melakukan pembelian asset. Hal ini akan cenderung memperlemah nilai tukar Euro dan sekaligus menyebabkan EUR/JPY semakin bearish.

Ada sedikit tanda perbaikan ekonomi kawasan Euro dengan naiknya angka indeks Manufacturing PMI Jerman dan Services PMI kawasan Euro serta turunnya tingkat pengangguran kawasan Euro dari 11.6% ke 11.5% (rilis data 31 Juli lalu), tetapi fokus ECB tetap pada tingkat inflasi yang tidak kunjung membaik. Sebaliknya di Jepang, kenaikan pajak yang diberlakukan sejak April lalu mulai kelihatan dampaknya, tingkat pengangguran naik dari 3.5% ke 3.7% dan penjualan retail turun 0.6% bulan lalu, tetapi sama dengan ECB, fokus BoJ adalah tingkat inflasi, dan saat ini inflasi Jepang sudah semakin baik.

Sumber : www.actionforex.com : EURJPY A Divergence Of Monetary Policy






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE