Menu

Prospek Saham Batubara Indonesia Tahun 2018

Shanti Putri

Sejak pertengahan tahun 2016 hingga kini 2018, nampaknya saham batubara Indonesia masih jaya. Namun, ada faktor-faktor seperti DMO yang mempengaruhinya.

Peningkatan harga minyak hingga melebihi USD50 per barel di tahun 2018 turut meningkatkan permintaan akan batubara sebagai energy alternative yang lebih murah daripada minyak, sehingga berimbas pula pada saham - saham batubara Indonesia. Uniknya, saham batubara tidak se-volatile harga minyak, dan siklusnya cenderung lebih lama. Sejak pertengahan tahun 2016 hingga kini 2018, nampaknya saham - saham batubara masih jaya. Secara historis, sektor batubara memiliki korelasi kuat sebesar 0,9x dengan harga saham batu bara.

 

Metrik Korelasi Harga Batubara dan Saham-saham Batubara
(Baca juga: Korelasi Harga Batubara Newcastle Dengan Saham Batubara Indonesia)

 

Adapun prospek saham batubara Indonesia tahun 2018 terpengaruh hal-hal di bawah ini;

  1. Kekhawatiran bahwa perang dagang akan menyebabkan permintaan batubara yang lebih rendah, dan karena itu harga batubara bisa menurun. Namun nyatanya dinamika pasokan dan permintaan di China mendukung harga batubara untuk terus bertahan di atas, setidaknya untuk tahun 2018.
  2. Penerapan DMO (Domestic Market Obligation; Kewajiban Pasar Domestik). Kemarin sempat terdengar kabar bahwa DMO akan dicabut, tetapi nyatanya hanya diturunkan nilainya. Kebijakan penurunan DMO oleh presiden menyebabkan euforia batubara terus melaju. Sampai hari ini sektor batubara naik hanya 5%, sedikit tertinggal dari ASP (Average Selling Price; Harga Jual Rata-Rata) yang 9%, lebih tinggi dari prediksi tahun ini.

Untuk pemain hulu, harga batubara yang lebih tinggi benar-benar mengkompensasi dampak negatif batasan harga DMO (Domestic Market Obligation). Dengan disiplin pasokan dari produsen batubara utama di Indonesia, maka dapat diprediksi bahwa pendapatan rata-rata perusahaan batubara di Indonesia akan meningkat rata-rata sebesar 13% di 2018/19.

 

Bagaimana DMO Akan Memengaruhi Penghasilan Emiten Batubara

Peraturan DMO adalah aturan yang mengatur agar 25% volume penjualan batubara dijual ke pasar domestik dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Harga DMO adalah USD70/ton yang diimplementasikan pada Kuartal II 2018. Volume penjualan domestik batubara berdasarkan persentase tahun ini: PTBA 60%, ADRO 25%, INDY 25%, ITMG 15% dan HRUM 0%. Sehingga meskipun ASP global naik hingga lebih dari USD 100 per ton, apabila sebagian besar market penjualan adalah domestik (seperti PTBA) maka pendapatan tidak akan bisa naik banyak.

Pada Semester II/2018, ada wacana akan berlakunya Kuota Transfer mengikuti regulasi volume DMO 25%. Kuota transfer akan berfungsi seperti ini; penambang batubara yang memiliki persentase penjualan domestic lebih dari 25% akan menerima kuota atau biaya per ton (untuk setiap volume penjualan berlebih) dari penambang yang persentase penjualan domestiknya kurang dari 25%. Ini akan memberi potensi yang baik bagi PTBA.

 

Saham Batubara, Saham Siklikal

Sebagai tambahan, peningkatan produksi pada emiten-emiten batubara meningkatkan belanja modal pada emiten-emiten alat berat seperti UNTR sebagai penerima manfaat dari peningkatan belanja modal. Kenaikan penjualan alat berat UNTR memungkinkan UNTR mendapatkan keuntungan lebih awal.

Penulis menyatakan bahwa emiten-emiten batubara dan alat berat layak untuk diperhatikan (penulis tidak merekomendasikan saham, hanya memberikan pandangan saja). Apabila Anda sudah memiliki, maka boleh disimpan hingga Laporan Tahunan 2018 keluar, karena seluruh pendapatan dan penerimaan dari pelanggan akan sudah tercermin pada Laporan Tahunan 2018 yang pastinya lebih menggembirakan daripada sebelumnya.

Saham batubara adalah saham siklikal yang dalam pengkoleksiannya membutuhkan pengamatan rutin seperti update berita, dll. Dalam mengoleksi saham batubara, sebaiknya perhatikan terus berita yang beredar dan kaji ulang mana saham-saham yang memang layak simpan sehingga keuntungan dapat terbayangkan.

Sebagai contoh, Lo Kheng Hong mengoleksi saham batubara di awal tahun 2016 (saat kondisinya sedang tidak menarik) lalu panen di tahun 2018 (sedikit demi sedikit) dan membukukan laba yang cukup besar dengan dividen yang menarik pun didapatnya. Cerita indah ini akan menjadi mengerikan apabila seseorang membeli saat keadaan bullish, lalu tahun-tahun kemudian market batubara menjadi sangat tidak menarik, kemudian tergiur untuk cutloss karena tidak kuat melihat floating loss di portofolio. Karenanya, sebaiknya apabila hendak memilih saham siklikal (bersiklus naik dan turun) untuk dikoleksi jangka panjang (lebih dari setahun) harus memperhatikan karakter saham. Apabila karakternya siklikal seperti batubara, maka belilah saat sedang tidak menarik dan jual saat sudah menarik; jangan terbalik, agar Anda bisa profit di saham siklikal. Sekian, semoga bermanfaat.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE