Menu

Risk Aversion Masih Membayangi Rupiah, BI Tegaskan Selalu Di Pasar

Martin

Pekan lalu, Rupiah melemah akibat penguatan USD, kasus Covid-19, dan risk aversion. Minggu ini, isu perkembangan Covid-19 masih akan menjadi katalis.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan hingga akhir minggu lalu (3 April 2020), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Meski pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat, Rupiah mengalami tekanan jual sebelum ditutup pada level 16425 per USD, atau mengalami depresiasi sebesar 1.8% dari harga penutupan akhir pekan lalu. Dengan demikian, kinerja mata uang Garuda menjadi yang terburuk kedua di Asia setelah Won Korea Selatan.

Depresiasi Rupiah minggu lalu tak lepas dari menguatnya USD. Meski AS dinyatakan sebagai negara episentrum Covid-19, status US Dollar sebagai safe haven masih sangat diminati investor, mengabaikan data klaim pengangguran dan Non Farm Payrolls AS yang buruk.

Sentimen utama yang mewarnai pergerakan Rupiah pekan lalu masih pada kasus Covid-19, sehingga menimbulkan risk aversion pada asset-asset negara berkembang yang terdampak Covid-19, termasuk Rupiah.

Pekan ini, diperkirakan sentimen pasar masih belum berubah. Fokus investor masih pada pandemi Covid-19 dan upaya pemerintah untuk menanggulangi penyebaran wabah. Meski demikian, Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral telah menegaskan akan selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar dengan berbagai kebijakan.

Selain melakukan intervensi di pasar uang dan pasar obligasi, BI juga telah menurunkan suku bunga dan meluncurkan stimulus moneter. Upaya ini dilakukan BI bersamaan dengan aksi pemerintah yang menggelontorkan stimulus fiskal senilai ratusan trilliun Rupiah.

 

Jadwal Rilis Data Fundamental

Selasa, 7 April 2020:

 

Jumat, 10 April 2020:

Data berdampak dari AS minggu ini: Jobless Claims, CPI, dan PPI.

 

Tinjauan Teknikal

Chart Daily:

Dari penunjukan indikator trend, USD/IDR masih cenderung bullish atau Rupiah masih cenderung melemah:

  1. Harga berada di atas kurva middle band indikator Bollinger Bands, sementara titik indikator Parabolic SAR berada di bawah bar candlestick.
  2. Kurva indikator MACD masih berada di atas kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di atas level 0.00.
  3. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bullish yang masih kuat.

Resistance kuat ada pada level 16640 hingga 16840, support pada level 16100 hingga 16000.

Level Pivot mingguan: 16383.33

Resistance: 16500.00 ; 16631.15 (300% Fibo Expansion) ; 16836.84 (323.6% Fibo Expansion) ; 17000.00 ; 17157.28 (361.8% Fibo Expansion).

Support: 16307.00 (261.8% Fibo Expansion) ; 16207.17 (250% Fibo Expansion) ; 16107.80 (238.2% Fibo Expansion) ; 16000.00 ; 15790.00 (200% Fibo Expansion) ; 15465.19 (161.8% Fibo Expansion) ; 15259.83 (138.2% Fibo Expansion) ; 15140.55 (123.6% Fibo Expansion) ; 15000.00 ; 14736.47 (76.4% Fibo Expansion) ; 14617.22 (61.8% Fibo Expansion) ; 14517.85 (50% Fibo Expansion) ; 14418.48 (38.2% Fibo Expansion) ; 14286.00 ; 14095.00 ; 14000.00 ; 13770.00 ; 13572.50.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 34 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).

Fibonacci Expansion :






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE