Menu

Sudah Babak Belur, Rupiah Masih Dibayangi Krisis Corona

Martin

Minggu lalu, Rupiah melemah tajam akibat capital outflow sebagai dampak dari krisis virus corona. Isu corona, data inflasi, cadev Indonesia, serta NFP AS akan menjadi katalis minggu ini.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan tanggal 28 Februari 2020, serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Minggu lalu, Rupiah mengalami depresiasi yang cukup dalam sebelum ditutup pada level 14347.50 per USD, atau melemah sebesar 4.2% dibandingkan harga penutupan minggu sebelumnya. Harga penutupan minggu lalu adalah yang terendah sejak bulan Mei 2019, dan membuat kinerja mata uang Garuda menjadi yang terburuk di Asia.

Pelemahan Rupiah yang cukup dalam tersebut disebabkan oleh capital outflow akibat kekhawatiran investor terhadap penyebaran wabah virus corona di luar China yang sangat cepat. Tidak hanya mata uang Rupiah, pasar saham dan obligasi dalam negeri juga babak belur. Di akhir pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melemah hingga 4% sebelum ditutup pada 5452.7. Secara keseluruhan, IHSG melemah 1.5% dibandingkan hari sebelumnya. Sementara itu, yield Surat Berharga Negara (SBN) untuk jangka waktu 10 tahun naik, yang menunjukkan aksi jual di pasar obligasi.

Anjloknya indeks USD akibat spekulasi pemotongan suku bunga The Fed tidak membantu penguatan Rupiah. Pelaku pasar lebih fokus pada virus corona yang juga telah masuk ke AS dan menyebabkan seorang pasien tewas. Kekhawatiran pasar akan perlambatan ekonomi global akibat wabah corona semakin nyata dengan anjloknya harga saham dan nilai tukar mata uang di berbagai negara.

Untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi, baik melalui pasar spot, pasar Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), maupun intervensi di pasar obligasi dengan membeli SBN yang dilepas asing.

Untuk minggu ini, dari dalam negeri akan ada rilis data inflasi dan cadangan devisa, sementara dari AS ada data tenaga kerja dan manufaktur. Meski demikian, isu perkembangan krisis virus corona masih akan lebih mendominasi pergerakan Rupiah dan mata uang Asia lainnya. Secara teknikal, Rupiah masih cenderung melemah dengan resistance kuat pada level 14500.

 

Jadwal Rilis Data Fundamental

Senin, 2 Maret 2020:

 

Jumat, 6 Maret 2020:

Data berdampak dari AS minggu ini: Non Farm Payrolls, upah, tingkat pengangguran, ADP Non Farm, serta ISM Manufacturing dan Non Manufacturing.

 

Tinjauan Teknikal

Chart Daily:

Dari penunjukan Price Action dan indikator trend berikut, pergerakan USD/IDR masih bullish (Rupiah masih cenderung melemah):

  1. Terbentuk 2 candle white marubozu secara berurutan, menunjukkan sentimen yang sangat bullish.
  2. Harga berada di atas kurva upper band indikator Bollinger Bands dan di atas kurva SMA 200-day.
  3. Titik indikator Parabolic SAR berada di bawah bar candlestick.
  4. Kurva indikator MACD berada di atas kurva sinyal (warna merah), dan garis histogram OSMA berada di atas level 0.00.
  5. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bullish yang masih kuat.

Resistance pada sekitar level 14420 hingga 14500, support kuat pada level 14135.

Level Pivot mingguan: 14156.67

Resistance: 14418.12 (50% Fibo Retracement) ; 14475.00 ; 14525.00 ; 14618.29 (61.8% Fibo Retracement) ; 14785.00 ; 14863.87 (76.4% Fibo Retracement) ; 15000.00 ; 15140.00 ; 15200.00 ; 15265.00 ; 15327.00 ; 15400.00.

Support: 14280.00 ; 14218.74 (38.2% Fibo Retracement) ; 14135.00 ; 14080.00 ; 13970.62 (23.6% Fibo Retracement) ; 13870.00 ; 13770.00 ; 13650.00 ; 13572.50 ; 13543.50 ; 13500.00 ; 13489.43 ; 13400.00 ; 13328.84 ; 13263.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 144 ; Bollinger Bands (20,2) ; Parabolic SAR (0.02, 0.2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).

Fibonacci Retracement :






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE