Menu

Ulasan Saham 14 Oktober: Sektor Tambang Masih Menggeliat, IHSG Tertekan

Aditya Putra

IHSG mengalami tekanan dari eksternal terutama dari bursa AS dan ekonomi China dimana data ekspor mengalami koreksi dalam, sementara outlook pertambangan masih positif dengan saham-saham pilihannya sebagai berikut.

IHSG Dalam Catatan

IHSG nampak bertahan di level 5,300-an, namun support atas terus menerus di tembus, dan membuat IHSG kehabisan tenaga dengan pertahanan-nya. Secara mingguan, level IHSG kemarin berupaya menguji average 5,400 dan saat ini level 5,400 nampak menjauh. Saat ini menguji level antara 5,350 – 5,380. Bollinger band antara 5,281-5,481. MACD weekly dan monthly terlihat bearish dengan tren candlestick dibawah MA20.

Kesimpulannya, IHSG berbalik arah menjadi bearish tren. Pola bottom RSI masih belum terlihat jenuh, dengan level 44.5% maka peluang koreksi masih terbuka.

 

Economy Update

Ekonomi China terlihat dari hasil ekspor di bulan September mengalami kontraksi yang dalam, ekspektasi analis ekspor China akan turun -4.5%, justru turun lebih dalam menjadi -10%. Hasil ini meyakinkan pelaku pasar ekonomi China masih jauh dari recovery dan menandakan siklus pertumbuhan yang tertahan, atas dasar tersebut pertumbuhan ekonomi global juga diprakirakan akan stagnan cenderung turun mengingat ekonomi global juga masih akan dibayangi oleh Brexit.

 

Equity Comment

Harga batubara year-to-date (YTD) telah menguat +95%, dan minyak diperdagangankan di sekitar $51/barel atau (+36.1% ytd), begitupun dengan harga nikel dan timah yang meningkat masing-masing +21% dan +33%. Kenaikan harga komoditas mendorong penguatan saham-saham dipertambangan dan dapat terlihat jelas dengan kenaikan saham-saham seperi ANTM, PTBA, ADRO, DOID, HRUM, ITMG.

Namun, apa iya harga batu bara terutama untuk pasar internasional akan meningkat?

Analisa singkat-nya seperti ini. Harga di pasar ditentukan oleh demand-supply, dan kita setuju itu. Lalu saat ini ada beberapa negara yang termasuk produsen batu bara terbesar di dunia, sebut saja: China, AS, Indonesia, India dan Australia, dengan negara konsumen terbesar-nya yakni China, India serta non-OECD. China bisa kita sebut sebagai konsumen-produsen terbesar. Nah, saat ini China sedang melakukan peremajaan tambang dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sampai dengan tahun 2020, sehingga berakibat turunnya produksi batubara global. Dengan turunya produksi maka otomatis harga akan melakukan keseimbangan, dengan permintaan yang tetap cenderung meningkat, di mana jika kita lihat di domestik saat ini pemerintah sedang giat-giat-nya melakukan pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas total hingga 35,000 MW. Dengan adanya penurunan produksi, maka hal ini bisa menjadi peluang bagi emiten-emiten pertambangan di Indonesia dimana permintaan sudah mengalami kenaikan dan tercemin dari harga batubara acuan (HBA).

Secara teknikal sektor mining masih dalam bullish trend dan hal ini akan berlangsung hingga akhir tahun, dimana saham-saham yang berpotensi meningkat bukan hanya yang masuk dalam tier-1 namun tier-2 di sektoral mining.

Saya melihat saham-saham pertambangan seperti ITMG, PTBA, HRUM, INDY, DOID, SMMT dan TOBA akan memiliki implikasi yang positif dan jangan lupakan pula saham UNTR yang akan terdampak pula dari menguatnya harga batu bara akhir-akhir ini, saat ini valuasi book value sektoral batu bara sekitar 1.13x dan industri batu bara sekitar 1.33x.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE