Menu

Ulasan Saham 18 November: IHSG Bergerak Bearish Pasca Trump Effect

Aditya Putra

IHSG berusaha untuk menembus gap, saat ini pasar tertuju pada kondisi global, di sisi lain Investor asing masih terus keluar dari pasar saham Indonesia dengan mencatatkan jual bersih, saham-saham blue chips juga masih terkena sentimen jual asing.

Technical Story

IHSG berusaha untuk menembus gap yang terjadi akibat penurunan dalam selama 3 hari beruntun (seperti yang saya ulas kemarin). Untuk jangka pendek, IHSG sempat kembali mencapai level 5,202 saat intraday, tetapi setelah itu penutupan level tertinggi yang bisa dicapai oleh IHSG ialah di 5,193. Dan prediksi saya pekan ini IHSG akan ditutup bearish. Trading level IHSG saat ini menguji level MA20 dan bearish trend masih terlihat. Investor asing masih terus keluar dari pasar saham Indonesia dengan mencatatkan jual bersih setiap hari-nya, saham-saham blue chips juga masih terkena sentimen jual asing.

 

Economy Update

AS: Janet Yellen bereaksi atas kondisi ekonomi AS saat ini, dengan mengatakan data-data ekonomi AS berjalan baik dan sesuai dengan ekspektasi jangka pendek. Peluang kenaikan semakin besar di bulan Desember tahun ini, menyadarkan nada hawkish The Fed saat ini. Rapat penentuan suku bunga akan digelar pada tanggal 13&14 Desember nanti.


What Market Says

Berdasarkan data dari OJK, pertumbuhan kredit perbankan secara industri sampai kuartal 3 2016 sebesar 6.47% yoy menjadi Rp 4.212 triliun. Dari jenis penggunaannya, kredit investasi merupakan pendorong terbesar pertumbuhan kredit sampai September 2016. Sebagai gambaran, kredit investasi menyumbang 25.52% dari total kredit perbankan. Berdasarkan data OJK, bisa dilihat bahwa BUKU IV dan BUKU III menyumbang 83.96% dari total komposisi kredit investasi perbankan. Dari segi kenaikannya, BUKU IV merupakan pendorong cukup besar untuk kredit konsumsi yaitu sebesar 19.52% yoy. Dua bank yang menyumbang kenaikan kredit investasi yang cukup besar pada kuartal 3 2016 adalah BBRI dan BBNI .

Berdasarkan laporan keuangan kedua emiten tersebut di kuartall-III lalu, BBNI mencatat kenaikan laba bersih sebesar +28.7%, pada periode market crash BBNI mencatat penurunan -10.7%, sedangkan saham BBRI pada periode market crash turun -13.7% dengan kenaikan laba bersih 1.8% pada kuartal-III lalu, di sini terlihat secara bisnis perbankan di Indonesia masih dalam on the track dan kejadian market crash kemarin murni sentimen psikologis investor melihat kondisi market secara keseluruhan kedepannya. Penurunan kedua saham tersebut kemarin kami lihat sebagai buying opportunity untuk jangka panjang.

Sementara itu, Bank Indonesia membuat proyeksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan dapat mencapai 5.4% atau lebih rendah sedikit dari proyeksi sebelumnya di 5.5%.

Investor masih akan mencermati hasil pertemuan OPEC tanggal 30 November nanti di akhir bulan untuk melihat outlook jangka panjang harga minyak, saat ini sentiment negatif lebih mendominasi di pasar saham.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE