Menu

Update Forex: Kebuntuan Brexit Membebani Euro

ACY

Sterling masih mampu menguat lebih lanjut karena prospek perpanjangan deadline Brexit. Namun, Euro justru berpotensi melemah, begitu pula dengan Dolar Australia.

Sesuai ekspektasi, draft kesepakatan Brexit Theresa May tidak diloloskan parlemen dalam proses voting yang digelar minggu ini. Yang di luar dugaan adalah, rancangan tersebut akan dikenang sebagai rencana kebijakan dengan suara penolakan terbanyak dari anggota parlemen Inggris dalam lebih dari 100 tahun terakhir.

Lompatan mundur yang sangat masif dalam progres Brexit ini memberi celah bagi pihak oposisi untuk kembali menggalang voting mosi tidak percaya, yang berhasil dimenangkan PM May dengan selisih tipis hanya 19 suara.

Dampak menarik dari dua voting tersebut adalah tuntutan pemimpin pihak oposisi, Jeremy Corbyn, untuk mengeliminasi kemungkinan Brexit "tanpa kesepakatan" dalam rencana baru yang akan didiskusikan May dengan Uni Eropa. Menurut ACY , permintaan itu tak mungkin diwujudkan tanpa mengacaukan hasil negosiasi Inggris dan Uni Eropa sebelumnya.

Jika merunut gejolak Brexit selama ini, mungkin banyak yang mengira jika trader forex akan lebih memilih untuk menjual Sterling. Nyatanya, hal itu tidak terjadi.

Sejak awal minggu ini, Sterling telah mencatatkan penguatan 3.0% terhadap Euro, 1.3% terhadap Dolar Australia, dan lebih dari 1% terhadap Dolar AS. Tampaknya, pasar lebih mempertimbangkan keterbukaan Uni Eropa untuk memberikan perpanjangan deadline Brexit, dari yang semula ditargetkan pada tanggal 29 Maret menjadi paruh kedua 2019. Proyeksi ini menjadi bahan pertimbangan positif bagi trader Sterling.

Di tengah suasana ricuh "Yellow Vest" di Perancis, krisis perbankan di Italia dan Spanyol, serta antisipasi pemilu parlemen Uni Eropa di bulan Mei, cukup masuk akal untuk memperkirakan keunggulan posisi Inggris dalam negosiasi Brexit selanjutnya. Oleh karenanya, ACY memproyeksi jika Sterling akan menambah kenaikan terhadap Euro dan AUD, serta semakin mempertegas penguatannya terhadap Dolar AS dalam beberapa minggu ke depan.

Sementara itu, Sebuah laporan dari Reuters di pekan ini memaparkan bahwa bank-bank Italia tengah kesulitan mendapat likuiditas dari pasar swasta, semenjak ECB menghentikan program pembelian QE-nya.

Diperkirakan, bank-bank besar di Italia perlu memenuhi target 50 hingga 60 miliar Euro untuk memenuhi Net Stable Funding Ratio pada akhir Juni mendatang. Dalam situasi seperti ini, akan cukup mustahil bagi ECB untuk meningkatkan suku bunga acuannya. Rapat kebijakan ECB pekan depan akan dinanti karena dapat memberi petunjuk mengenai potensi TLTRO berikutnya.

Di lain pihak, pergerakan harian Dolar Australia mendapat lecutan dari ulasan WSJ yang membahas kemungkinan penurunan tarif impor AS terhadap barang-barang China, jelang libur Imlek awal Februari mendatang. Namun demikian, penguatan AUD terhenti di kisaran 0.7220, tepat setelah Departemen Keuangan AS menepis kabar tersebut.

Ekspektasi pemotongan suku bunga RBA di tahun ini terus tumbuh. AMP memproyeksikan jika suku bunga akan berada di level 1.0% pada pertengahan tahun 2020.

USD/JPY terus menunjukkan pemulihan pasca diterpa Flash Crash yang terjadi 3 Januari lalu. Akan tetapi, pergerakan harga kemungkinan akan menguji resistance 109.80 sebelum bisa naik lebih lanjut.

Meskipun pasar saham global sudah menguat minggu ini, korelasi antara USD/JPY dengan SP 500 masih mengindikasikan jika buy di harga lebih rendah adalah aksi yang lebih masuk akal, daripada mengikuti momentum perdagangan di level tinggi.

 


ACY adalah broker asal Australia yang telah memiliki ijin dari Australian Securities and Investments Commission (ASIC) dan menyediakan berbagai macam instrumen trading seperti Forex, Indeks, Metal, dan Komoditas. ACY dikenal luas berkat program Edukasi, Loyalty, dan Promosi yang menarik.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE