Menu

Defisit Current Account Mengakibatkan Pelemahan Kurs Rupiah, Mengapa?

A Muttaqiena

Membengkaknya defisit Current Account Indonesia pada akhir tahun 2018 memicu pelemahan kurs Rupiah hari ini.

Akhir pekan lalu (8/Februari), Bank Indonesia melaporkan bahwa defisit Current Account (Neraca Transaksi Berjalan) untuk kuartal IV/2018 membengkak dari 3.37 persen menjadi 3.57 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) Indonesia. Defisit Current Account Indonesia terparah sejak kuartal II/2014 tersebut memicu anjloknya kurs Rupiah ke level terendah sepekan.

Referensi nilai tukar resmi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) merosot dari Rp13,978 pada hari Kamis (7/Februari) menjadi Rp13,995 pada hari Senin ini (11/Februari). Fluktuasi drastis juga ditunjukkan oleh grafik kurs USD/IDR yang tercipta dari perdagangan spot mata uang di bawah ini. Dalam satu hari saja, USD/IDR melonjak lebih dari 0.6 persen ke kisaran Rp14,035.

Pertanyaannya, mengapa masalah defisit Current Account bisa "menenggelamkan" kurs Rupiah sedemikian rupa? Apakah imbas defisit Current Account ini bakal sejenak saja atau berkepanjangan?

 

Pentingnya Current Account

Current Account merupakan salah satu komponen Neraca Pembayaran (Balance of Payment), sekaligus suatu barometer pengukur aliran uang yang masuk dan ke luar dari suatu negara. Data itu sendiri tersusun berdasarkan perhitungan netto atas neraca perdagangan (ekspor dikurangi impor), penerimaan (dari investasi asing), dan transfer tunai antar negara.

Secara teoritis, ketika Current Account mengalami surplus, berarti mensinyalkan peningkatan permintaan atas suatu mata uang yang tentu saja mendorong penguatan nilai tukarnya (baca juga: Hubungan Current Account Dan Nilai Tukar Mata Uang). Di sisi lain, ketika terjadi peningkatan defisit Current Account, berarti lebih banyak uang yang dibelanjakan ke luar negeri daripada uang yang masuk kantong dalam negeri. Situasi tersebut juga mengindikasikan kian rapuhnya fondasi ekonomi suatu negara. Selayaknya, investor asing akan cenderung menarik dananya dari negara yang mengalami pembengkakan defisit Current Account.

Sejalan dengan berkurangnya permintaan atas suatu mata uang, nilai tukarnya bisa makin terdepresiasi. Sebagaimana situasi kurs Rupiah saat ini, setelah dilaporkan bahwa defisit Current Account sekarang merupakan yang terburuk dalam lebih dari tiga tahun.

 

Efek Jangka Panjang yang Perlu Diwaspadai

Ada probabilitas masalah susulan yang perlu diwaspadai ketika kurs Rupiah melemah akibat membengkaknya defisit Current Account. Secara khusus, pihak berwenang perlu mewaspadai dua aspek berikut ini:

Singkat kata, lubang defisit Current Account ini berpotensi menjadi jebakan lingkaran setan yang berbahaya, jika tidak segera disikapi dengan tepat.

Untuk menutup lubang tersebut, dibutuhkan pengetatan keran impor yang agaknya sulit dilakukan oleh pemerintah di tengah tahun pemilu seperti saat ini. Mengapa? Karena pemerintah perlu mengimpor barang untuk menjaga harga-harga barang dan jasa tetap rendah di tingkat konsumen. Tanpa impor, harga-harga barang dan jasa bisa meroket. Kenaikan harga-harga itu dapat diterjemahkan oleh masyarakat awam sebagai kegagalan incumbent dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Sementara itu, kurs Rupiah konon kabarnya memang lazim melemah saat menjelang pemilu, sehingga bisa juga pelemahan nilai tukar terhadap Dolar AS sejak awal Januari dianggap wajar. Salah satu penyebabnya, investor boleh jadi menunda penanaman modal atau ekspansi usaha hingga ada kejelasan mengenai rezim mana yang bakal berkuasa.



USD ( Amerika - USD Dollar ) 16,055
SGD ( Singapura - Dollar ) 11,837
JPY ( Japan - Yen ) 103
GBP ( English - Pound ) 20,024
EUR ( Eropa - Euro ) 17,282
CHF ( Swiss - Franc ) 17,674
AUD (Australia - Dollar) 10,550
More
Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya, bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs.





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE