Menu

Trading Dengan 200 Day Moving Average (1)

Martin

Bingung memilih strategi trading paling tepat? Simak cara trading dengan SMA-200 Day berikut ini sebagai rekomendasi untuk Anda.

Salah satu indikator yang paling populer di kalangan trader adalah Moving Average, yang selama ini diketahui memiliki tiga macam jenis Moving Average yaitu: Simple Moving Average (SMA), Exponential Moving Average (EMA), dan Weighted Moving Average (WMA). Beberapa alasan yang kerap dilontarkan olah trader dalam penggunaan indikator ini adalah sebagai identifikasi tren harga, support-resistance dinamis, dan Moving Average sebagai dasar menentukan open posisi.

Salah satu jenis Moving Average yang paling umum digunakan trader adalah Simple Moving Average (SMA) dengan pengaturan periode 200 Day. Indikator ini bisa ditemukan pada berbagai trading chart di institusi keuangan, hingga bank-bank besar, perusahaan hedge fund dan juga trader retail juga kerap menggunakan indikator ini sebagai acuan utamanya.

Karena Simple Moving Average (SMA) termasuk indikator yang lagging, maka indikator ini biasanya tidak digunakan secara sendirian, melainkan dikombinasikan dengan indikator lain yang bersifat leading, sebagai konfirmator. Detail mengenai perbedaan keduanya, silahkan baca lebih lanjut pada artikel indikator lagging dan leading.

 

Penggunaan SMA-200 Day Pada Analisa Fundamental

Selain itu, indikator Simple Moving Average (SMA) juga sering digunakan sebagai acuan pada analisa fundamental. Banyak trader yang beranggapan bahwa indikator ini adalah sebagai alat untuk mengukur pergerakan pasar. Bila harga sudah menyentuh atau menembus garis SMA-200 Day, maka pasar akan mulai bereaksi. Sebagai contoh pada saat krisis finansial tahun 2008 lalu, EUR/USD sempat merosot hingga 3500 pip atau 21.58% dalam kurun waktu hanya 3.5 bulan.

Setelah diluncurkan Troubled Asset Relieve Program (TARP) pada 14 Oktober 2008 yang disusul dengan pembelian bond, maka sentimen pasar terhadap mata uang Euro menjadi positif hingga EUR/USD rebound. Pasangan mata uang tersebut rally hingga 2400 pip atau 19.35% dari harga terendahnya, hingga menyentuh garis SMA-200 Day, seperti tampak pada gambar berikut:

Contoh di atas sekaligus menunjukkan penggunaan SMA-200 Day sebagai level support (sebelum ditembus) dan juga sebagai resistance (setelah ditembus).

 

SMA-200 Day Sebagai Level Support Dan Resistance

Kemudian selanjutnya adalah penggunaan SMA-200 Day sebagai level support dan resistance. Pasti Anda kerap melihat adanya garis support resistance berupa garis-garis lurus statis maupun dinamis. Nah, salah satu cara membuatnya adalah dengan menggunakan indikator Moving Average ini yang di-setting dengan periode 200 Day. Dengan begitu, garis yang dibentuk dari indikator SMA-200 Day dapat dijadikan asumsi atau landasan dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh bisa dilihat pada chart EUR/USD daily berikut ini:

Dalam contoh di atas, trader akan bereaksi dengan membuka posisi buy ketika pergerakan harga telah menembus level support garis SMA-200 Day. Demikian pula pada contoh sebelumnya, trader entry sell ketika harga menyentuh garis SMA-200 Day sebagai level resistance. Untuk konfirmasi, bisa dilihat formasi bar candlestick atau setup price action yang terbentuk. Level stop loss ditentukan dibawah garis SMA-200 Day atau level terendah bar candlestick yang memotong garis Moving Average tersebut.

Strategi diatas biasanya digunakan untuk trading pada jangka menengah atau panjang, karena acuan indikator SMA-200 Day tersebut selalu digunakan dalam basis time frame daily.

 

SMA-200 Day Sebagai Indikator Trend

Pada umumnya, trader dapat mengenali tren yang sedang terjadi di pasar dengan melihat kondisi grafik harga dengan bantuan garis Moving Average. Salah satunya adalah dengan menggunakan SMA-200 Day ini, yang populer digunakan sebagai indikator penyaring arah trend jangka panjang. Trading dengan mengikuti arah tren ini terbilang efektif dan mudah bahkan untuk pemula.

Apabila harga sekarang berada di bawah garis SMA-200 Day, berarti pasar sedang mengalami downtren (tren turun), pada saat tersebut pasar sedang dikuasai oleh para seller yang mengakibatkan terciptanya tren Bearish. Sebaliknya, jika harga berada di atas garis SMA-200 Day, maka dapat dipastikan bahwa pasar sedang mengalami uptren (tren naik), artinya pada saat itu pasar sedang dikuasai oleh buyer yang mengakibatkan terciptanya tren Bullish. Ulasan selengkapnya mengenai bahasan ini dapat disimak pada artikel mengetahui perubahan tren forex dengan indikator MA.

Bersambung ke bagian (2)



Klik di sini untuk tahu cara belajar dan menguasai trading dengan mudah.
Qamaruddin

Cara membaca RSI gimana gan?

Martin S
Unitedhooligans

Gmn ya cara mengurangi false signal utk trading menggunakan entry MA 200?

Martin S

Dikonfirmasikan dengan price action dan indikator teknikal terutama indikator trend seperti parabolic SAR, ADX, dan juga MACD. Kalau konform berarti bukan false signal.





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE