Menu

Ancaman Stagflasi Menekan Sterling Di Tengah Krisis Energi

A Muttaqiena

GBP/USD menyentuh rekor terendah sejak Januari. EUR/GBP berkonsolidasi pada rentang tertinggi sejak Juli, sementara GBP/JPY jatuh ke kisaran 150.20-an.

Seputarforex - Pound sterling merosot drastis sejak sesi New York kemarin hingga hari ini (29/September). Mata uang ini telah menunjukkan sinyal bahaya sejak meroketnya harga gas Eropa, kemudian semakin memburuk akibat kelangkaan pasokan bahan bakar menjelang musim dingin. Pelaku pasar kini mengkhawatirkan pula potensi terjadinya stagflasi di Inggris.

Saat berita ditulis pada awal sesi Eropa, GBP/USD telah menyentuh rekor terendah sejak Januari pada level 1.3500. EUR/GBP berkonsolidasi pada rentang tertinggi sejak Juli, sementara GBP/JPY jatuh ke kisaran 150.20-an.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

Kenaikan harga energi sebenarnya bukan hal baru. Commodity supercycle telah mengantarkan harga minyak mentah, gas alam, dan komoditas energi ke dalam tren bullish yang sangat meyakinkan. Namun, krisis energi merebak di Inggris lantaran keterbatasan pasokan dari luar negeri dan minimnya persediaan dalam negeri menjelang musim dingin.

Belajar dari pengalaman musim dingin tahun lalu, para importir dari Asia menimbun persediaan komoditas energi lebih banyak agar tak terpukul oleh lonjakan harga tahun ini. Eropa kalah bersaing, sehingga lokasi-lokasi penyimpanan gas hanya terisi sekitar 70 persen -rekor terendah dalam satu dekade-. Sedangkan Inggris hanya memiliki persediaan sebesar 1% dari total penyimpanan yang tersedia di Eropa, atau kurang lebih cuma bisa memenuhi permintaan selama 4-5 hari musim dingin. Sejumlah perusahaan energi Inggris bahkan gulung tikar dalam beberapa pekan terakhir.

Lebih buruk lagi, kendala pasokan menghambat distribusi bahan bakar. Brexit dan COVID-19 mengakibatkan Inggris kekurangan sekitar 100 ribu sopir truk berat berlisensi HGV yang bertugas mengirim bahan bakar ke SPBU di seantero negeri. Masyarakat yang mengkhawatirkan situasi ini lantas memborong persediaan yang tersedia di pasaran dan memperluas kepanikan.

"Ini skenario yang negatif bagi GBP," kata George Vessey, pakar strategi dari Western Union, "Kepanikan bahan bakar Inggris ditambah kelangkaan gas juga semakin mengancam pemulihan ekonomi Inggris -berdampak pada efisiensi dan profitabilitas perusahaan."

PM Boris Johnson segera melancarkan berbagai strategi untuk menanggulangi krisis. Pemerintah telah mempermudah persyaratan untuk pemberian izin mengemudi HGV dan menyalurkan 5000 visa bagi sopir imigran. Militer juga siap siaga untuk terjun ke lapangan jika situasi memburuk. Namun, para analis mengkhawatirkan dampak ikutan berupa stagflasi.

Apabila harga energi terus melambung dan menggenjot inflasi, bank sentral Inggris (BoE) kemungkinan terpaksa menaikkan suku bunga lebih cepat. Padahal, kenaikan suku bunga dalam situasi seperti ini bakal semakin menghimpit keuangan perusahaan-perusahaan dan rumah tangga.

Ilmu ekonomi mengenal adanya fenomena stagflasi di mana inflasi tinggi dan suku bunga meningkat, tetapi pertumbuhan cenderung lambat. Stagflasi ini lah yang menjadi ancaman riil bagi Inggris, sehingga pound sterling terus merosot meski inflasi dan suku bunga kemungkinan meningkat lebih cepat dibanding ekspektasi sebelumnya .


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE