Menu

Arab Ajak Perang Harga Minyak, Pasar Kolaps

A Muttaqiena

Harga minyak mentah utama Brent maupun WTI sama-sama ambruk sekitar 30 persen dalam perdagangan hari ini, menyusul deklarasi perang harga oleh Arab Saudi.

Seputarforex.com - Harga minyak mentah utama Brent maupun WTI sama-sama ambruk sekitar 30 persen dalam perdagangan hari ini (09/Maret), menyusul deklarasi perang harga oleh Arab Saudi pada akhir pekan. Situasi meluas ke berbagai sektor lain, sehingga beragam aset high-risk ikut dilanda aksi jual massal. Petrodollar CAD dan mata uang negara-negara produsen minyak lain tumbang. Situasi ini juga berkontribusi pada kolaps-nya pasar saham dalam perdagangan awal pekan.

Aksi jual minyak mentah sebenarnya telah dimulai pekan lalu, setelah OPEC gagal mencapai kesepakatan tentang pemangkasan kuota produksi dengan negara-negara produsen minyak lain yang dipimpin oleh Rusia. Padahal, proyeksi permintaan minyak mentah dunia tahun ini telah merosot drastis sebagai bagian dari dampak wabah virus Corona . Kegagalan perundingan tentang kuota produksi minyak itu berimbas panjang, karena Arab Saudi memutuskan untuk memantik perang harga pada akhir pekan.

Dalam pengumuman yang disampaikan Sabtu, Arab Saudi menyatakan akan memberikan diskon besar-besaran ke semua pasar utama untuk harga penjualan bulan April. Selain itu, Reuters melaporkan bahwa kerajaan siap menggenjot produksi minyak-nya hingga melampaui 10 juta barel per hari.

Perlu diketahui, Arab Saudi kini hanya memproduksi 9.7 juta barel per hari sehubungan dengan kuota yang disepakati OPEC+ tahun lalu. Akan tetapi, mereka sebenarnya memiliki kapasitas produksi hingga 12.5 juta barel per hari. Tak pelak, pengumuman kerajaan memicu kejatuhan harga minyak mentah WTI dan Brent ketika pembukaan pasar hari Senin ini.

Brent sempat menyentuh ambang USD31.45 per barel, sementara WTI menginjak USD27.29 per barel. Posisi harga mulai menanjak menjelang akhir sesi Eropa, tetapi keduanya masih membukukan harga terendah sejak bulan Maret 2016.

"Kami meyakini perang harga OPEC dan Rusia tak terelakkan mulai akhir pekan ini, ketika Arab Saudi memangkas harga penjualan minyak mentah relatif-nya secara agresif dengan diskon terbesar dalam setidaknya 20 tahun terakhir," kata Damien Courvalin, seorang analis dari Goldman Sachs, dalam catatan untuk klien yang dikutip oleh CNBC, "Prognosis untuk pasar minyak bahkan lebih buruk dibanding November 2014, ketika perang harga seperti ini terjadi terakhir kali, karena (perang harga sekarang) bertepatan dengan kolaps-nya permintaan secara signifikan akibat virus Corona."

Berbagai aset keuangan lain ikut bergejolak akibat eskalasi situasi mendadak ini. Pasangan mata uang USD/CAD sempat meroket hingga menggapai level 1.3760, rekor tertinggi sejak awal tahun, meski kini telah melandai ke kisaran 1.3536. Outlook Dolar Kanada ke depan kian memburuk, karena minyak mentah merupakan sumber pendapatan devisa utama bagi negeri yang beribukota di Ottawa tersebut.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE