Menu

BI Pertahankan Suku Bunga, Kurs Rupiah Turun Tipis

Rizal Aditya

Penetapan suku bunga acuan di level 6% membuat Rupiah melemah. Ketidakpastian damai dagang China dan pergerakan Rupiah yang fluktuatif jadi penyebabnya.

Seputarforex.com - Nilai tukar Rupiah turun tipis terhadap Dolar AS pada Jumat siang ini (22/Februari). Menurut grafik pasar spot Bloomberg pukul 11.30 WIB, Rupiah melemah di level Rp14,074 per USD, sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan sesi penutupan kemarin (21/Februari) yang berada di level Rp14,070.

Sementara itu, grafik USD/IDR Daily juga menunjukkan Rupiah tertekan di kisaran Rp14,070. Pada sesi trading kemarin, USD/IDR ditutup di level Rp14,051. Menurut Bima Yudhisitra, ekonom Institute for Development of Economics and Finance, pergerakan Rupiah saat ini cenderung fluktuatif, yang mana ini adalah pertanda antisipasi terhadap kondisi perekonomian global.

Selain itu, Bima juga memperkirakan Rupiah masih akan bergerak melemah di kisaran Rp14,050 hingga Rp14,100.

"Rupiah masih punya risiko melemah dalam jangka panjang selama defisit neraca transaksi berjalan melebar di kisaran 3 persen. Itu menandakan secara struktural ada hantu yang menahan penguatan rupiah ," jelas Bhima, dikutip dari Tempo.

 

Pengaruh Suku Bunga BI

Dari dalam negeri, Rupiah dipengaruhi oleh Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung kemarin. Dalam pertemuan itu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6%.

Rupiah sempat menguat pasca pengumuman suku bunga tersebut. Namun, kenaikan itu tertahan di kisaran 14,051, disinyalir karena kekhawatiran terhadap risiko perlambatan ekonomi global yang menjadi salah satu fokus bank sentral. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa penetapan Interest Rate berdasarkan pada kondisi perekonomi global saat ini. BI masih terus memantau arah kebijakan moneter Bank Sentral AS, serta perkembangan makro ekonomi global, khususnya pada AS dan China.

"BI mempertahankan BI 7-day reverse repo rate di 6%. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal khususnya mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas aman, dan mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, sebagaimana dikutip dari CNBC.

 

Pertemuan AS-China Juga Menjadi Sorotan

Dari eksternal, belum adanya kejelasan mengenai kesepakatan damai dagang AS-China membuat minat risiko melemah. Sempat tersiar kabar bahwa kedua negara akan menyepakati Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang mencakup sejumlah masalah struktural, yaitu pencurian siber dan transfer teknologi paksa, hak-hak kekayaaan intelektual, sektor jasa, mata uang, pertanian, dan batas-batas non-tarif dalam perdagangan lintas negara.

Sayangnya, beberapa narasumber menegaskan bahwa masih ada kemungkinan diskusi ini bakal berakhir dengan kegagalan. "Dapat dikatakan bahwa saat ini kita sedang berada dalam fase lari sprint. Kedua tim negosiasi (AS dan China) sedang berupaya mencapai kesepakatan sesuai tenggat waktu. Tetapi beberapa masalah masih cukup rumit untuk diselesaikan," tutur seorang Nasarumber dari Tiongkok yang enggan disebutkan namanya.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE