Menu

Bitcoin Tak Lagi Digemari Sebagai Alat Pembayaran

Yodik Prastya

Transaksi melalui Bitcoin menurun drastis sejak awal tahun 2018. Para pengguna Bitcoin ternyata lebih suka menggunakan mata uang kripto sebagai instrumen investasi.

Data baru dari Chainanalysis menunjukkan bahwa popularitas Bitcoin sebagai solusi pembayaran komersial tergelincir, karena pengguna yang bertransaksi menggunakan Bitcoin semakin sedikit. Lebih lanjut lagi, Bloomberg melansir bahwa antara September 2017 hingga saat ini, popularitas Bitcoin sebagai alat pembayaran turun drastis hingga 685 persen.

Pada bulan September 2017, Bitcoin mencapai nilai transaksi puncak sebesar 411 juta USD. Jumlah tersebut dihitung dari total uang yang diperoleh 17 layanan pemrosesan pedagang kripto terbesar. Pada saat itu, Bitcoin sedang berada di periode pertumbuhan yang kuat nan moderat.

Keadaan mulai berubah pada akhir tahun 2017, ketika kripto terbesar di dunia ini dengan cepat menyentuh 20,000 USD akibat ulah spekulan dan investor yang terus menumpuk Order beli demi mendapatkan keuntungan lebih banyak. Tak lama setelah itu, harga Bitcoin terus menurun, diikuti dengan popularitasnya sebagai alat pembayaran lintas batas.


Melihat grafik di atas, terlihat jelas bahwa harga Bitcoin terus menurun dari awal hingga pertengahan 2018. Total angka transaksi komersial Bitcoin menunjukkan pengurangan linear dan berakhir di kisaran 60 juta USD pada Mei 2018. Pada bulan Juni, ada sedikit kenaikan menjadi 69 juta USD. Namun, pertumbuhan tersebut tak mampu menutupi penurunan sebelumnya yang mencapai 600 persen dari angka puncak. Jika dibandingkan secara YoY dengan bulan Juni 2017, penurunan tersebut mencapai 400 persen.

Berita pelemahan ini merupakan pukulan telak bagi banyak mereka yang melihat Bitcoin sebagai pelopor uang kripto. Padahal di masa depan, Bitcoin diproyeksi dapat mengambil posisi mata uang Fiat dalam bisnis dan perdagangan sehari-hari.

Nicholas Weaver, peneliti senior di International Computer Science Institute mengatakan:
"Sebenarnya, Bitcoin tidak dapat digunakan. Kadang-kadang, biaya bersih transaksi menggunakan Bitcoin jauh lebih banyak daripada transaksi dengan kartu kredit."

Menurut Weaver, puncak pasar Bitcoin pada September 2017 terjadi karena banyak orang yang tertarik untuk menggunakan Bitcoin dalam kehidupan sehari-hari mereka. Keadaan menjadi berbalik ketika para pengguna menyadari bahwa terlepas dari kisah bombastis soal Bitcoin di internet, mata uang kripto ini tidak bisa menawarkan keuntungan seperti mata uang Fiat saat digunakan untuk bertransaksi. Tidak hanya itu, satu transaksi Bitcoin dapat membutuhkan waktu beberapa menit untuk dikonfirmasi, dan teknologi Blockchain membuat transaksi tidak dapat dibatalkan.

 

Pengguna Bitcoin Lebih Suka Berspekulasi Daripada Bertransaksi

Seperti yang disebutkan sebelumnya, transaksi Bitcoin merosot mengikuti semakin tingginya investasi spekulatif yang mendorong harga Bitcoin ke level super tinggi. Menurut Kim Grauer, ekonom senior di Chainanalysis, sifat Bitcoin sebagai aset berisiko membuatnya sangat tidak menguntungkan untuk digunakan sebagai solusi pembayaran sehari-hari.

Berbicara kepada Bloomberg, Grauer berkata:
"Ketika harga sedang mengalami kenaikan pesat tahun lalu, dalam satu hari Anda bisa kehilangan 1,000 USD jika membelanjakannya. Sekarang, nilai yang tinggi ini telah membuat pembayaran untuk barang-barang kecil seperti kopi dengan Bitcoin tidak praktis."

Pada bulan Januari 2018, telah dilaporkan bahwa layanan pembayaran Stripe, menghentikan dukungan untuk transaksi BTC karena volatilitas harganya yang terlalu tinggi, dan penurunan penggunaannya yang signifikan. Tidak hanya berhenti disitu, beberapa bisnis online dan prosesor pembayaran juga menganggap fungsi utama Bitcoin adalah sebagai barang investasi, sehingga tidak mau menerima pembayaran menggunakan mata uang kripto ini.


Berita Kripto Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE