Menu

Corona Makin Tak Terkendali, Harga Minyak Di Ambang 30 USD

Pandawa

Harga minyak terus tertekan di tengah kekhawatiran investor terhadap kemungkinan terjadinya resesi global akibat penyebaran virus Corona.

Seputarforex.com - Harga minyak mentah dunia sempat merosot di bawah $30 per barel pada sesi perdagangan hari Senin kemarin (16/Maret), sebelum menguat terbatas pada pagi ini. Pelemahan tajam yang terjadi pada komoditas emas hitam ini dipicu oleh semakin luasnya penyebaran virus Corona, yang hingga kini telah menimbulkan korban jiwa lebih dari 7,000 orang.

Pada saat berita ini ditulis, minyak Brent berada di kisaran $30.72 per barel, sedikit di atas harga pembukaan harian di $30.95. Sementara itu, harga minyak WTI masih berkutat di bawah ambang $30 meski sedikit naik dari harga Open harian.

Secara keseluruhan, harga minyak telah anjlok lebih dari 30 persen di bulan ini. Ancaman resesi global karena Corona dan stok minyak mentah yang membanjir di pasaran menjadi faktor utamanya.

 

Permintaan Merosot, Suplai Minyak Melimpah

Akibat penyebaran Corona yang semakin meluas, banyak negara mengambil langkah Lockdown yang berakibat langsung pada lumpuhnya aktivitas ekonomi. Hal ini tentu berisiko menurunkan permintaan pasar terhadap minyak.

Masih berlanjutnya perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia pun semakin memperburuk keadaan. Padahal, keduanya merupakan salah satu negara dengan output minyak harian terbesar di dunia saat ini. Terbaru, perusahaan minyak Saudi, Aramco, menegaskan rencana untuk menggenjot produksi minyak ke rekor tertinggi dalam upaya meningkatkan pangsa pasar global.

"Saudi Aramco kemungkinan akan meningkatkan produksi minyak secara lebih besar pada bulan Mei. (Maka), kita harus bersiap melihat harga minyak akan semakin rendah dari level saat ini," kata Amin Nasser, CEO Saudi Aramco dalam pernyataan terbarunya.

Dengan sikap Saudi dan Rusia yang sama-sama berjanji akan meningkatkan produksi minyak, IHS Markit memperkirakan bahwa kelebihan pasokan minyak bisa mencapai 800 juta hingga 1.3 miliar barel, atau dua hingga tiga kali lipat lebih besar daripada periode 2015-2016 ketika OPEC meningkatkan produksi untuk memerangi industri minyak AS.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE