Menu

CPI China Naik Akibat Pembatasan COVID, PPI Melandai

Pandawa

Kenaikan Inflasi konsumen China dipicu oleh terganggunya pasokan logistik akibat penerapan pembatasan COVID di beberapa kota. Namun, inflasi produsen tidak mencerminkan performa yang sama.

Seputarforex - Pada hari Rabu (11/Mei), Biro Statistik Nasional China merilis data CPI yang meningkat sebesar 2.1 persen secara tahunan (Year-over-Year) pada bulan April. Angka ini lebih tinggi ketimbang periode sebelumnya dan melampui forecast ekonom untuk kenaikan 1.8 persen.

Kenaikan inflasi sebagian besar disebabkan oleh gangguan distribusi logistik; imbas dari penerapan pembatasan COVID di beberapa kota utama China. Terhambatnya jalur logistik tak ayal mendorong kenaikan harga bahan makanan sebesar 1.9 persen.

"Kenaikan inflasi konsumen pada bulan April lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disebabkan oleh pembatasan COVID domestik China dan diperparah oleh kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Semua pihak telah mengambil beberapa tindakan untuk memastikan tersedianya pasokan dan menstabilkan harga," kata Dong Lijuan, ahli statistik NBS dalam sebuah catatan.

Lijuan juga menambahkan, pembatasan COVID telah memicu panic buying yang berdampak langsung terhadap kenaikan harga bahan makanan. Masyarakat banyak menimbun bahan makanan seperti kentang, telur, dan buah segar. Ketiga bahan makanan ini pun meningkat masing-masing sebesar 8.8 persen, 7.1 persen, dan 5.2 persen. Akan tetapi, harga daging babi tercatat menurun 33.3 persen secara tahunan pada bulan April.

 

PPI Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Jadi Fokus Utama

Secara terpisah, Biro Statistik Nasional China juga merilis data inflasi produsen (PPI) yang meningkat sebesar 8.0 persen secara tahunan pada bulan April. Jika dibandingkan pertumbuhan 8.3 persen pada bulan Maret, angka PPI kali ini memang sedikit melandai. Namun secara garis besar, inflasi produsen masih bertengger di dekat kisaran tertinggi multi tahunan.

Lonjakan harga komoditas dunia yang disebabkan pandemi dan konflik Eropa Timur telah menimbulkan kekhawatiran inflasi di seluruh dunia dan menekan pertumbuhan ekonomi di banyak negara, termasuk China.

"Ketika ekonomi China melambat, maka permintaan diperkirakan akan melambat dalam beberapa bulan mendatang. Saya rasa inflasi tidak menjadi perhatian bagi pembuat kebijakan, karena tantangan utama adalah tetap menjaga keseimbangan antara menahan wabah Omicron dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi," kata Zhang Zhiwei, kepala ekonom Pinpoint Asset Management.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE