Menu

Dikhawatirkan Resesi, Euro Merosot Versus Mata Uang Mayor

A Muttaqiena

Rumor resesi Euro membebani pergerakannya terhadap Dolar AS, Poundsterling, dan Yen. Apalagi, iklim bisnis mencatat rekor terburuk sejak 2013.

Euro mencatat kemerosotan hari ketiga beruntun sekitar 0.15 persen ke kisaran 1.1386 terhadap Dolar AS pada awal sesi Eropa hari Rabu ini (6/Februari). Mata uang 19 negara tersebut juga melemah versus Pounds dan Yen. Pasalnya, laporan Purchasing Managers' Index (PMI) yang biasanya berdampak menengah kemarin, ternyata menampilkan rekor yang teramat mengejutkan. Selain itu, mulai merebak pula rumor tak sedap terkait indikasi resesi di kawasan Euro.

 

Iklim Bisnis Terburuk Sejak 2013

Laporan PMI Komposit yang dirilis IHS Markit pada hari Selasa menunjukkan bahwa iklim bisnis Zona Euro masih ekspansif pada angka 51.0 dalam bulan Januari. Namun, angka tersebut merupakan rekor terburuk sejak Juli 2013. Sebagaimana dapat dilihat pada grafik historis PMI Komposit berikut ini, penilaian responden survei PMI mengenai outlook bisnis Zona Euro telah memburuk sejak tahun 2018.

Komponen rincian dalam hasil survei tersebut mengindikasikan kemerosotan permintaan domestik dan mancanegara yang meluas dari sektor manufaktur ke sektor jasa. Lebih buruk lagi, menurunnya permintaan berakibat pada jatuhnya rekrutmen tenaga kerja.

"(Laporan PMI Markit) itu mengindikasikan bahwa perekonomian Zona Euro telah melemah selama beberapa waktu, dan rebound aktivitas ekonomi yang diharapkan, tak benar-benar terjadi," ujar Peter Dixon dari Commerzbank, "Secara keseluruhan, kita berkembang dengan sangat lambat dan itu mensinyalkan ECB takkan berada pada posisi mengetatkan kebijakan moneter untuk beberapa waktu ke depan."

Lanjutnya, "Secara keseluruhan, ini sepertinya tidak cuma sekali saja. Ini merupakan bagian dari tren yang telah berlangsung selama beberapa waktu dan agak sulit untuk memperkirakan bagaimana kita akan bangkit dari sini."

 

Italia Terperosok Dalam Resesi

Pernyataan Dixon mencerminkan kekhawatiran sejumlah pakar lainnya terkait besarnya ancaman resesi atas kawasan Euro. Kekhawatiran tersebut mulai merebak setelah rilis GDP Italia pekan lalu, dan mulai bermunculan sebagai headline di berbagai media massa Eropa pekan ini.

Laporan GDP Italia terakhir menunjukkan negeri itu telah terjerumus ke dalam resesi, karena pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal beruntun. Bahkan, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengungkapkan bahwa perlambatan mungkin akan terus berlanjut sepanjang 2019. Hal ini lantas menimbulkan pertanyaan di benak pelaku pasar, apakah Zona Euro secara keseluruhan akan menyusul Italia?

Menanggapi rumor tersebut, Ewald Nowotny, salah satu pejabat tinggi European Central Bank (ECB) menyatakan pada media bahwa meski ketidakpastian terkait pertumbuhan ekonomi telah meningkat, tetapi Zona Euro tidak menghadapi ancaman resesi. Saat diwawancara pada Lamfalussy Lectures Conference di Hungaria kemarin, ia mengatakan, "Saya mengekspektasikan kita akan mampu mengatasi pengaruh-pengaruh negatif ini.... Tak ada perspektif resesi (dalam menilai prospek ekonomi Zona Euro ke depan -red).


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE