Menu

Dolar AS Gerah Akibat Laju Inflasi Melemah

A Muttaqiena

EUR/USD kembali menguji ambang 1.1000, sementara GBP/USD menguji 1.2500-an. Dolar AS juga tertekan secara moderat dalam pasangan mata uang mayor lain.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) jatuh menuju kisaran 101.40 pada awal perdagangan sesi Eropa hari Kamis (13/April). Pasalnya, perilisan data inflasi AS kemarin memperkuat perkiraan bahwa The Fed akan mengakhiri siklus pengetatan moneternya dengan satu kali kenaikan suku bunga final sebesar 25 basis poin pada rapat FOMC bulan Mei.

Grafik DXY Daily via TradingView

Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat menunjukkan pertumbuhan 0.1% saja pada bulan Maret 2023, setelah sempat tumbuh 0.4% pada bulan Februari. Perlambatan yang terutama disebabkan oleh penurunan harga BBM ini menjatuhkan laju inflasi tahunan secara signifikan dari 6.0% ke 5.0%. Akan tetapi, laju inflasi inti malah meninggi. CPI inti tercatat meningkat 0.4% (Month-over-Month) sesuai estimasi konsensus, sehingga pertumbuhan tahunannya terkerek naik dari 5.5% ke 5.6%.

Data inflasi seperti ini mendukung prospek kenaikan suku bunga The Fed lanjutan sebanyak satu kali lagi saja, sehingga mengakibatkan pelemahan kurs dolar AS. Di saat yang sama, tingginya inflasi inti mendukung ekspektasi The Fed mempertahankan suku bunga yang tinggi dan membatasi kemerosotan USD dalam jangka pendek.

EUR/USD kembali menguji ambang 1.1000, sementara GBP/USD menguji 1.2500-an. Dolar AS juga tertekan secara moderat dalam pasangan mata uang mayor lain.

"Sementara tren disinflasi berlanjut dan meluas dalam data (CPI) utama, inti, dan superinti, laporan CPI belum menunjukkan berakhirnya (bahaya) inflasi," kata Simon Harvey, kepala analisis FX di Monex Europe.

Harvey menilai permintaan dalam perekonomian AS tetap cukup tangguh untuk menyokong laju inflasi di atas target 2% yang dicanangkan The Fed. Ia menyimpulkan, "Ini bukan hanya memperkuat perlunya kenaikan suku bunga lanjutan, tetapi juga tidak menunjukkan prospek permintaan domestik yang melemah di bawah pengetatan standar kredit yang akan segera terjadi dan jatuhnya sentimen konsumen."

Notulen rapat FOMC bulan Maret lalu menunjukkan beberapa pejabat The Fed sempat mempertimbangkan untuk mensuspensi rate hike seusai kolapsnya beberapa bank regional. Namun, mereka menilai bahaya inflasi berisiko lebih tinggi dan memutuskan untuk terus menaikkan suku bunganya.

Data FedWatch CME menunjukkan peluang rate hike 25 bps pada bulan Mei meningkat sampai 70%. Data juga menunjukkan bahwa sejumlah pelaku pasar masih memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga menjelang akhir tahun. Proporsi spekulasi ini dapat berubah-ubah, khususnya apabila data Indeks Harga Produsen (PPI) nanti malam dan penjualan ritel AS besok menghadirkan skenario berbeda.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE