Menu

Dolar AS Lesu, Topik Inflasi Masih Jadi Isu Krusial

A Muttaqiena

Dolar AS sempat bergairah seusai rilis data Non-farm Payroll AS pada hari Jumat, tetapi kembali lesu jelang rilis data inflasi AS pekan ini.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) tertekan pada kisaran 106.35 pada sesi Asia hari Selasa (9/Agustus). Greenback sempat bergairah seusai rilis data Non-farm Payroll AS pada hari Jumat, tetapi kembali lesu pada awal pekan ini di tengah perbaikan sentimen pasar global. Pasar juga menantikan rilis data inflasi AS yang cukup krusial pada hari Rabu.

Grafik DXY Daily via TradingView

Serangkaian data dari pasar tenaga kerja AS menunjukkan kinerja yang tetap tangguh sampai bulan Juli 2022. Konsekuensinya, para trader memulihkan keyakinan atas prospek kenaikan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin pada September mendatang. Hal ini menopang pelemahan dolar AS dalam rentang terbatas menjelang rilis data inflasi AS besok.

"Ekspektasi bahwa The Fed akan mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada 21 September telah meningkat menyusul laporan payroll Juli yang kuat," kata Jane Foley, pakar strategi mata uang senior di Rabobank.

Pasar memperkirakan data inflasi AS ke depan akan menunjukkan sedikit perlambatan. Konsensus memprediksi inflasi tahunan pada bulan Juli 2022 bertumbuh 8.7 persen. Angka itu tergolong sangat tinggi untuk perekonomian AS, tetapi lebih rendah daripada capaian 9.1 persen pada periode sebelumnya .

Perlambatan inflasi secara moderat kemungkinan tidak mengusik ekspektasi "rate hike" berskala jumbo pada September. Akan tetapi, dapat menandai telah berlalunya puncak inflasi tertinggi dan berkurangnya urgensi pengetatan moneter pada bulan-bulan berikutnya.

Ekspektasi laju inflasi AS yang lebih lambat itu membuka peluang terjadinya kejutan positif yang eksplosif apabila data aktual ternyata lebih tinggi dari prakiraan pasar. Dalam situasi seperti itu, dolar AS berpeluang mendapatkan energi untuk menanjak lagi.

"Para investor semakin yakin pada pandangan bahwa inflasi akan menurun kembali dengan cukup cepat, dan bahwa inflasi kemudian akan bertahan di sekitar target The Fed," kata Thomas Mathews dari Capital Economics, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "Pasar cukup rapuh terhadap kejutan terkait inflasi, apabila ada bukti bahwa inflasi yang tinggi bertahan lebih lama dari prakiraan sebelumnya. Itu kemungkinan juga akan memicu respons yang lebih tegas dari the Fed, dan memicu maraknya aksi jual di pasar obligasi."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE