Menu

Dolar AS Masih Lemah Pasca Data JOLTS AS

N Sabila

Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) Amerika Serikat menunjukkan bahwa pembukaan lapangan kerja di bulan Juni mengalami peningkatan.

Seputarforex.com - Data survei ketenagakerjaan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) Amerika Serikat menunjukkan bahwa pembukaan lapangan kerja di bulan Juni mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Meski demikian, Dolar AS belum menunjukkan penguatan pasca rilis data ini.

 

Data JOLTS Juni Lebih Tinggi Dari Sebelumnya

Selasa (07/Agustus) malam, Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan kenaikan data JOLTS sebanyak 3,000 menjadi 6.662 juta lapangan kerja pada bulan Juni, lebih rendah daripada ekspektasi 6.740 juta. Akan tetapi, angka bulan Juni tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan data periode sebelumnya di angka 6.659. Grafik pertumbuhan JOLTS dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan kenaikan yang konsisten.

JOLTS yang merupakan laporan untuk pertumbuhan pembukaan lapangan kerja biasa dirilis sebagai data ketenagakerjaan paling akhir dalam suatu periode. Meski demikian, laporan ini tetap dianggap penting karena dijadikan leading indicator untuk mengukur kondisi ketenagakerjaan AS di periode berikutnya.

 

Indeks Dolar Berjuang Naik, Yuan Diperhatikan

Pasca rilis laporan tersebut, Dolar AS masih melemah terhadap mata uang-mata uang mayor lainnya. Indeks Dolar (DXY) membutuhkan usaha keras untuk dapat menembus level yang lebih tinggi dari 95.5. Padahal, level tersebut sudah teruji berulang kali dalam dua bulan terakhir.

Saat berita ini ditulis, Selasa (07 Agustus) malam, Indeks Dolar turun 0.27 persen dan diperdagangkan di 95.16. Level tertinggi tercapai pada tanggal 19 Juli di 95.65, yang sekaligus menjadi posisi tertinggi DXY sejak Juli 2017. "Tampaknya DXY mengalami banyak hambatan untuk dapat menembus High baru," kata Mark McCormick, Kepala TD Securities di Toronto.

Di sisi lain, Dolar AS melemah 0.38 persen terhadap Euro, dengan EUR/USD yang naik ke posisi 1.1597 dari 1.1560. Sedangkan USD/CNH turun ke 6.8310 dari sebelumnya di 6.861.

Menurut para analis, kian stabilnya Yuan terhadap Dolar AS menjadi faktor utama yang memperkuat Euro, meski dampaknya tidak langsung. "USD/CNH menggerakkan segala (mata uang) di negara-negara G-10, khususnya Euro." kata McCormick.


"Yang menjadi pertanyaan pasar saat ini adalah, apakah China memang sengaja berusaha melemahkan mata uangnya atau hanya membiarkan mata uangnya melemah?"


Selanjutnya untuk pekan ini, data penting dari AS adalah CPI yang akan dirilis pada hari Jumat. Data yang mengukur inflasi konsumen untuk bulan Juli tersebut diekspektasikan akan menunjukkan kenaikan sebanyak 0.2 persen.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE