Menu

Dolar AS Melemah, Investor Harapkan Solusi Dari Pertemuan AS-China

N Sabila

Para investor menaruh harapan besar akan terciptanya solusi perang dagang pada renegosiasi antara AS dan China akhir bulan ini.

Seputarforex.com - Dolar AS turun dari level tinggi 13 setengah bulan terhadap mata uang-mata uang mayor di sesi perdagangan Jumat (17/Agustus) siang ini. Pelemahan tersebut merupakan imbas dari ekspetasi para investor yang menaruh harapan pada terciptanya solusi perang dagang, mengingat renegosiasi antara AS dan China akhir bulan ini sedang gencar diberitakan.

Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap mata uang-mata uang mayor, turun 0.1 persen ke angka 96.549. Indeks Dolar sempat naik hingga level tertinggi sejak akhir Juni 2017 pada hari Rabu kemarin, saat Lira Turki melemah dan keprihatinan akan kesehatan ekonomi China memukul pasar negara berkembang. Namun, penurunan indeks DXY akhirnya terbentuk setelah China dan Amerika Serikat setuju untuk mengadakan negosiasi kembali pada tanggal 21-22 Agustus di Washington.

Saat berita ini ditulis, USD/JPY turun ke 110.739 dari sebelumnya di 110.900. Sementara itu, AUD/USD naik tipis ke 0.72723, setelah sempat turun pasca pidato Gubernur bank sentral Australia tentang suku bunga rendah.

 

EUR/USD Sambut Negosiasi AS-China Dengan Penguatan Terbatas

Dibanding pasangan mata uang mayor lain, penurunan Dolar AS kontra Euro tampak menjadi yang paling signifikan; EUR/USD menguat 0.3 persen kemarin malam menuju level 1.1380. Namun aaat berita ini ditulis, EUR/USD diperdagangkan flat di posisi 1.1377.

Euro menjadi mata uang yang paling diuntungkan dengan diadakannya negosiasi AS-China kali ini, karena sebelumnya, mata uang single currency tersebut melemah tergerus krisis Turki. Akan tetapi, analis menyebutkan bahwa penguatan karena negosiasi ini akan terbatas, karena masalah Turki dan Italia yang belum tuntas.

"Mempertimbangkan paparan krisis Turki terhadap bank-bank Eropa yang relatif terbatas, maka reaksi (jual) Euro pekan ini tampaknya telah selesai. Namun, meningkatnya yield obligasi Italia di tengah masalah fiskal yang masih membelit negara tersebut kemungkinan akan berlanjut sampai waktu yang tak dapat ditentukan, sehingga membatasi kenaikan Euro." kata Masafumi Yamamoto dari Mizuho Securities kepada Reuters.

Meski mereda, krisis Turki belum tuntas. Masalahnya, Presiden Tayyip Erdogan masih harus menyelesaikan masalah inflasi Turki yang mencapai dua digit, juga mengonsolidasikan perseteruan dengan AS soal pembebasan pastur Andrew Brunson.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE