Menu

Dolar Australia Melempem Pasca Rapat Bank Sentral

A Muttaqiena

Dua faktor membebani dolar Australia, yakni pernyataan RBA tadi pagi dan ketegangan Beijing-Canberra yang semakin menjadi-jadi.

Seputarforex - Dolar Australia cenderung defensif pada kisaran 0.7350-an terhadap dolar AS dalam perdagangan sesi Eropa hari ini (1/Desember). Hasil rapat bank sentral Australia (RBA) tadi pagi tidak memberikan isyarat perubahan kebijakan moneter, tetapi mengingatkan pasar tentang ketidaksukaan para pengambil kebijakan terhadap potensi penguatan nilai tukar lebih lanjut.

Grafik AUD/USD Daily via Tradingview.com

Minat risiko pasar global kembali menggeliat dalam perdagangan hari ini berkat rilis laporan PMI China dan Jepang yang sangat impresif. Industri manufaktur China bertumbuh dengan laju tercepat dalam satu dekade terakhir, menandakan pemulihan dari pandemi yang terakselerasi. Sedangkan kinerja pabrikan Jepang masih di bawah ambang 50, tetapi lebih baik dari ekspektasi.

Di tengah cuaca pasar keuangan global yang seperti ini, pergerakan dolar Australia justru melempem. Dua faktor bisa jadi melatarbelakanginya, yakni pernyataan RBA tadi pagi dan ketegangan Beijing-Canberra yang semakin menjadi-jadi.

RBA tidak mengumumkan perubahan apa pun atas suku bunga dan quantitative easing, tetapi mengatakan "respons kebijakan Bank Sentral telah menurunkan suku bunga sepanjang kurva yield, yang akan membantu pemulihan dengan... berkontribusi pada nilai tukar yang lebih lemah dibanding jika kebijakan tidak diberlakukan."

Antje Praefcke dari Commerzbank mengungkapkan bahwa pernyataan itu mengisyaratkan kesediaan RBA untuk memangkas suku bunga lebih lanjut jika nilai tukar dolar Australia meningkat terlalu pesat. Hanya saja, ia memperkirakan RBA baru akan mengambil langkah tersebut jika nilai tukar AUD/USD menembus 0.75 menuju 0.80.

"(RBA) bahkan tidak mengecualikan pemangkasan suku bunga ke level di bawah nol, meski mereka kemungkinan hanya memberlakukan langkah ini jika dolar Australia meningkat terlalu kuat hingga menjadikannya makin sulit bagi perekonomian untuk pulih dan bagi inflasi untuk kembali ke rentang targetnya," papar Praefcke.

Sementara itu, sebagian pelaku pasar mulai melirik potensi konflik yang lebih sengit antara Australia dan China. Dalam beberapa pekan terakhir, China telah memberlakukan tarif tinggi untuk batu bara, barley, kayu lapis, tembaga, lobster, dan gula yang didatangkan dari Australia sebagai balasan atas komentar PM Scott Morrison yang menuntut Beijing bertanggung jawab atas pandemi COVID-19. Trader masih cenderung mengabaikannya karena sanksi Beijing belum menyentuh komoditi ekspor utama Australia, bijih besi. Tetapi situasi ke depan bisa memburuk jika China memutuskan untuk mengambil langkah yang lebih signifikan.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE