Menu

Dolar Mantul Berkat Perbaikan Data, Euro dan Sterling Rontok

A Muttaqiena

Dolar AS mencuat berkat peningkatan minat atas aset safe haven, depresiasi euro, serta perbaikan dalam data ekonomi AS terbaru.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) meroket lebih dari 0.8 persen sampai kisaran 102.65 pada perdagangan sesi New York hari ini (1/Juni). Greenback awalnya mencuat berkat peningkatan minat atas aset safe haven dan depresiasi euro seusai rilis data inflasi Zona Euro kemarin. Perbaikan dalam data ekonomi AS terbaru juga menyokong nilai tukar dolar AS.

Grafik DXY Daily via TradingView

 

Inflasi Tinggi Ciptakan Dilema Bagi Euro

Laporan preliminer Eurostat tentang inflasi konsumen Zona Euro bulan Mei 2022 menampilkan kenaikan luar biasa. Laju inflasi diproyeksikan meningkat 8.1 persen (Year-on-Year), jauh melampaui data bulan lalu yang sebesar 7.1 persen maupun estimasi konsensus yang sebesar 7.7 persen.

Laporan tersebut memperkuat harapan pasar untuk kenaikan suku bunga bank sentral Eropa (ECB) dalam waktu dekat, tetapi juga meningkatkan kecemasan pasar terhadap outlook pertumbuhan kawasan. Kenaikan harga energi dan laju inflasi yang kian meninggi dapat semakin mendekatkan Zona Euro ke tepi jurang resesi.

Sejumlah pejabat bank sentral juga kembali melontarkan retorika yang agak dovish. Meski beberapa pentolan ECB pekan lalu meyakinkan pasar bahwa mereka ingin menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin sekaligus pada bulan Juli, Kepala Ekonom ECB Philip Lane kemarin mengatakan kenaikan suku bunga semestinya dilaksanakan secara bertahap mulai dari 25 basis poin dulu.

Beragam problema menekan EUR/USD hingga mencatat penurunan harian lebih dari 0.9 persen hari ini. Di sisi lain, dolar AS memperoleh peluang untuk mantul berkat tingginya permintaan atas aset safe haven serta publikasi Puchasing Managers' Index (PMI) yang tergolong ciamik.

 

Skor PMI Manufaktur AS Meningkat

ISM melaporkan bahwa skor PMI Manufaktur Amerika Serikat meningkat dari 55.4 menjadi 56.1, padahal konsensus sebelumnya memperkirakan penurunan sampai 54.5. Subindeks harga dan ketenagakerjaan dalam laporan ini menurun lebih jauh daripada estimasi konsensus, tetapi order baru melambung secara signifikan.

Peningkatan order baru menandakan bahwa permintaan konsumen dan minat belanja masyarakat tetap tinggi. Hal ini menyurutkan kekhawatiran terhadap resesi di negeri Paman Sam yang sempat mencuat pasca-rilis laporan GDP AS terakhir . Semakin banyak analis meyakini pertumbuhan GDP AS rebound pada kuartal kedua, meski sempat terkoreksi pada kuartal pertama tahun ini.

Di luar Amerika Serikat, kegelisahan pasar kembali mencuat gegara keputusan para pemimpin Uni Eropa untuk menghentikan mayoritas impor minyak dari Rusia pada akhir tahun ini. Harga minyak lagi-lagi membukukan kenaikan ke kisaran USD120 per barel, sehingga proyeksi inflasi global kemungkinan akan tetap tinggi atau bahkan terus meningkat.

Laju inflasi yang terlalu tinggi sejauh ini belum berdampak buruk bagi data ekonomi AS, tetapi berisiko mencederai pertumbuhan ekonomi di kawasan-kawasan seperti Uni Eropa dan Inggris. GBP/USD anjlok lebih dari 1 persen ke kisaran 1.2470 saat berita ini ditulis, menyusul publikasi hasil survei PMI Manufaktur terkini. Skor PMI Manufaktur Inggris bulan Mei 2022 turun dari 55.8 menjadi 54.6, tingkat terendah sejak Januari 2021. Kenaikan harga-harga yang berlebihan telah menggerogoti keyakinan para pebisnis dan masyarakat Inggris, sehingga jumlah order baru terus menyusut.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE